Tes Kraepelin di buat oleh Emil Kraepelin, seorang psikiater dan ahli
psikodiagnostik Eropa. Emil Kraepelin adalah seorang psikiater asal Jerman yang
hidup antara tahun 1856-1926. Pada awal kariernya, ia pernah mengikuti Wilhelm
Wundt sebagai muridnya (Kuncoro & Nuryati Atamimi, 1984; Japar, 2013). Pada
awal abad ke 19 Kraeplin menciptakan sebuah alat tes psikologi. Kraepelin menciptakan
sebuah tes yang bertujuan untuk membedakan antara orang yang normal dengan
abnormal. Tes ini awalnya diberi nama Simple Arithmetic Test yang kemudian
dikenal dengan tes Kraepelin (Mangunsong, dalam Febrianty, 2015).
Kraepelin memiliki pemikiran bahwa terdapat perbedaan pada proses sensori
sederhana, sensori motor, perceptual dan tingkah laku (Japar dalam Febrianty,
2015). Tes ini awalnya diciptakan sebagai tes kepribadian untuk mengukur faktor
dasar dari karakteristik individu seperti memori, efeklatihan, kerentanan
terhadap kelelahan dan distraksi (Anastasi & Urbina dalam Febrianty, 2015).
Dengan mengubah fokus pada penilaian dan intepretasi hasil tes, tes ini
sekarang telah berkembang menjadi tes bakat (Mangunsong dalam Febrianty, 2015).
Tes Kraepelin masuk ke Indonesia setelah dimodifikasi oleh Fakultas
Psikologi Universitas Gajahmada (UGM) dan Fakutas Psikologi Universitas
Indonesia. Norma yang digunakan di Indonesia merupakan hasil adaptasi dari
beberapa penelitian sebelumnya. Pembakuan norma tes ini juga sudah dilakukan berdasarkan
kelompok usia antara 15 sampai 44 tahun. Nuryati Attamimi pada tahun 1980 juga
telah melakukan pembakuan norma tes ini untuk siswa-siswa lulusan SMEA dan STM
di Yogyakarta dan pada tahun 1981 untuk siswa lulusan SMA jurusan IPA dan IPS
di Yogyakarta (Attamimi dalam Febrianty, 2015).
Tes Kraepelin adalah tes yang dibuat pada akhir abad ke-19 di Jerman. Tes
yang berisikan angka-angka sederhana ini mulai digunakan di Indonesia pada tahun
1900-an. Tes ini merupakan tes yang masih digunakan hingga saat ini, khususnya
dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, meskipun tes Kraepelin termasuk tes yang
cukup tua. Mengingat hal ini, tes Kraepelin harus diuji secara berulang untuk
melihat apakah tes masih baik untuk digunakan atau tidak.
Data mengenai karakteristik psikometris tes Kraepelin yang terakhir ditemukan
berasal dari pengujian validitas dan reliabilitasnya pada tahun 1960-an, atau
lebih dari 50 tahun yang lalu. Seperti yang telah diungkapkan Osterlind (dalam
Febrianty, 2015), validitas dan reliabilitas sangat rentan berubah apabila
sebuah tes digunakan pada waktu dan konteks yang berbeda.
Tes Kraepelin pada awalnya dibuat untuk membedakan antara orang normal
dan abnormal. Dalam perkembangannya, tes ini telah beralih fungsi menjadi tes
bakat. Setelah lebih dari 50 tahun tes Kraepelin digunakan tanpa ada pengujian
ulang terhadap karakteristik psikometrisnya, fungsi tes Kraepelin untuk
mengukur bakat sangat mungkin berubah.
Tags
TES KRAEPELIN