Insektisida Nabati

Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/ nabati maka jenis insektisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Insektisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh serangga pada waktu itu dan setelah serangganya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam (Kardinan, 2004).
Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat dimanfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, batang, dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, ekstraksi (dengan air atau senyawa pelarut organik), ataupun bubuk (Naria, 2005).
Pembuatan Insektisida Nabati
Pembuatan insektisida nabati dapat dilakukan secara sederhana atau secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan dengan penggunaan ekstrak sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hal tersebut menyebabkan produk insektisida nabati menjadi mahal. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama.
Untuk menghasilkan bahan insektisida nabati dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut (Kardinan, 2004):
  1. Penggerusan, penumbukan, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. 
  2. Rendaman untuk produk ekstrak 
  3. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Untuk mengendalikan serangga-serangga yang terbang (seperti nyamuk Ae. aegypti), insektisida yang diperlukan untuk menyemprot adalah insektisida yang mengandung racun perut atau racun kontak. Penyemprotan dengan hand spray harus diarahkan pada sasaran yang akan disemprot pada jarak 30 - 50 cm. Untuk mendapatkan distribusi semprotan yang sama harus dilakukan secara merata baik dari atas atau memutar dari samping (Djojosumarto, 2000).
Untuk menjauhkan serangga atau gangguan oleh serangga terhadap manusia dengan bahan-bahan kimia adalah Repellent yang digunakan dengan cara menggosokkannya pada tubuh atau menyemprotkannya pada pakaian. Oleh karena itu repellent harus memenuhi syarat yaitu tidak mengganggu pemakainya, tidak melekat atau lengket, baunya menyenangkan pemakainya dan orang sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi pada kulit, tidak beracun, tidak merusak pakaian, dan daya pengusir terhadap serangga hendaknya bertahan cukup lama. DEET (N,N-diethyl-mtoluamide) adalah salah satu contoh repellent yang tidak berbau, akan tetapi repellent ini menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata, luka atau jaringan membranous.
Repellent digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya berbentuk cairan, pasta atau semprotan yang ditujukan pada pakaian (Soedarto, 1992). Interval (jarak taraf) perlakuan harus memberi peluang kepada peneliti untuk mendapatkan perlakuan terbaik yang memberikan pengaruh maksimum. Semakin tinggi derajat ketelitian yang diinginkan dan semakin heterogen lingkungan/ kondisi percobaan, jumlah ulangan harus lebih banyak. Secara umum, ulangan minimal untuk percobaan harus 3 (tiga) kali ( Hanafiah, 2008).
Keunggulan dan Kelemahan Insektisida Nabati
Penggunaan insektisida nabati memiliki keunggulan dan kelemahan, yaitu (Naria, 2005):
Keunggulan 
  1. Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada komponen lingkungan dan bahan makanan sehingga dianggap lebih aman daripada insektisida sintetis/kimia. 
  2. Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran. 
  3. Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana. 
  4. Bahan pembuat insektisida nabati dapat disediakan di sekitar rumah. 
  5. Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida.
Kelemahan 
  1. Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih tinggi dibandingkan dengan insektisida sintetis. Tingginya frekuensi penggunaan insektisida botani adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering diaplikasikan. 
  2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan kadang kala tidak semua bahan aktif dapat dideteksi. 
  3. Tanaman insektisida nabati yang sama, tetapi tumbuh di tempat yang berbeda, iklim berbeda, jenis tanah berbeda, umur tanaman berbeda, dan waktu panen yang berbeda mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi.
Cara Masuk Insektisida
Untuk membunuh serangga, insektisida masuk dalam tuguh serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernapasan (Wudianto, 2004), yaitu:
  1. Insektisida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektisida seperti ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah. 
  2. Insektisida kontak (contact poisons) akan masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikulanya. 
  3. Insektisida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan, misalnya fumigasi hama gudang dapat mematikan hama yang mengisap gas beracun dari fumigan.
Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas peracun fisik, peracun protoplasma, dan peracun pernapasan, yaitu:
  1. Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga. 
  2. Insektisi peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh serangga. 
  3. Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim pernapasan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال