Dilema Menjadi Sarjana Psikologi

PSIKOLOGI, memang sebuah kata yang belum terlalu populer di telinga masyarakat, apalagi bagi orang awam. Kajian ilmu psikologi bahkan oleh sebagian masyarakat masih di kaitkan dengan kajian-kajian mistis, ramalan, hipnotis, dan lain-lain. Tapi, jika kita memperhatikan perkembangan ilmu psikologi di Indonesia saat ini, sebuah harapan baru muncul. Beberapa universitas sudah membuka program studi psikologi, bahkan bisa di bilang, pertumbuhan program studi psikologi “menjamur”.
Tapi tahukah anda bahwa seorang sarjana psikologi (lulusan S1 psikologi) sebenarnya tidak siap pakai untuk diserap kedalam dunia kerja? Hal ini yang di rasakan oleh saya dan beberapa teman sarjana psikologi. Seorang sarjana psikologi, masih minim skill dan belum berhak melakukan tindakan-tindakan psikologis, karena akan melanggar kode etik psikologi.
Mau tidak mau, seorang sarjana psikologi harus melanjutkan studinya untuk mendapatkan kewenangan melakukan tindakan-tindakan psikologis berdasarkan ilmunya. Kalau tidak, sarjana psikologinya hanya sebatas embel-embel title, tidak berguna dan tidak berharga. Tapi tahukah anda, bahwa melanjutkan pendidikan S2 pskilogi itu sangat mahal?
Magister psikologi terbagi menjadi dua pilihan, antara magister science dan magister profesi. Kedua-duanya mahal, jika diukur dari pendapatan masyarakat kita hari ini. Pendidikan magister psikologi tidak terjangkau. Bahkan, biaya magister psikologi 10 kali lipat dari biaya S1. Dan terlebih lagi dengan magister profesi jauh lebih tidak terjangkau. Sebuah dilema yang dialami seorang sarjana psikologi. Melanjutkan pendidikan, biaya tidak terjangkau, memutuskan terjun kedua kerja, tidak terpakai. Jadilah sarjana psikologi menjadi sarjana “mandek”, atau menjadi psikolog gadungan dengan melanggar kode etik psikologi.
Memang sebuah ironi pendidikan magister psikologi. Jika dibandingkan dengan profesi lain, seperti dokter, perawat dan apoteker, seorang sarjana di bidang mereka harus mengambil profesinya. Begitupun sarjana psikologi. Hanya saja ada perbedaan, jika profesi di bidang mereka setahu saya tidak setara dengan S2 (pendidikan magister), profesi psikologi setara dengan S2. Hal inilah yang membuat profesi psikologi terasa sangat mahal. Karena antara profesi dan pendidikan formal magister tergabung menjadi satu.
Bagi teman-teman sarjana psikologi, harus bersabar dan berjuang lebih gigih, agar tetap dapat melanjutkan studi ke program magister psikologi, agar ilmu dan skill teman-teman bisa terpakai dan diakui.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال