Depresi pada remaja bukanlah merupakan hal yang mustahil. Depresi tidak mengenal batasan umur dan bisa terjadi pada siapa saja, dari kelompok sosial mana saja dan pada segala rentang usia. Hadi (2004) menemukan bahwa depresi pada kelompok umur remaja ternyata relatif tinggi. Dengan kata lain, remaja rentan terkena depresi.
Menurut Blackman (dalam Lubis, 2009), depresi pada remaja sebagian besar tidak terdiagnosis sampai akhirnya mereka mengalami kesulitan yang serius dalam sekolah dan penyesuaian pribadi yang sering kali berlanjut pada masa dewasa.
Depresi pada remaja bisa menjadi respon sementara terhadap situasi maupun stres. Pada remaja, mood sedih adalah hal yang umum karena proses pendewasaan, stress yang berhubungan dengan kedewasaan, pengaruh hormon seksual, dan konflik kebebasan dengan orang tua. Walaupun normal bagi remaja untuk mengalami perubahan suasana perasaan, tetapi hal tersebut menjadi tidak normal jika berlarut-larut dengan kekacauan emosi yang luar biasa (Lubis, 2009).
Terdapat persamaan dan perbedaan dalam simtom-simtom depresi mayor yang ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak dan remaja berusia 7 (tujuh) hingga 17 (tujuh belas) tahun memiliki kesamaan dengan orang dewasa dalam mood depresi, ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan, fatik, masalah konsentrasi, dan pemikiran untuk bunuh diri.
Simtom-simtom yang berbeda adalah tingkat percobaan bunuh diri dan rasa bersalah yang lebih tinggi pada anak-anak dan remaja, sedangkan pada orang dewasa lebih sering bangun lebih awal di pagi hari, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan depresi dini hari (Davison, 2006).