BBM (Bahan Bakar Minyak) dan BLT (Bantuan Langsung Tewas)

Sebuah ironi yang menyakitkan bagi masyarakat miskin. Maksud hati ingin dibantu, malah berbuah malapetaka. Program pemerintah dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat kurang mampu, untuk membantu ekonominya dari imbas kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak).

Beberapa insiden/kejadian yang sering diberitakan oleh beberapa media massa, karena antrian menerima uang BLT (Bantuan Langsung Tunai), merenggut nyawa. Ini adalah klimaks dari amburadulnya administrasi dan birokrasi. Bukan hanya BLT, antrian sembako, antrian BBM dan lain-lain. Mungkin Indonesia sudah ditakdirkan untuk “mengantri”. Mungkin sudah waktunya bagi DPR untuk membuat undang-udang baru “UUA/Undang-undang Atri”, supaya ada projek untuk studi tour keluar negeri.

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), memang kontroversial. Sekilas, memang program BLT ini membantu masyarakat miskin. Tetapi jika dikaji lebih dalam, program ini terdapat banyak kelemahan disamping penyimpangan-penyimpangan yang sudah terstruktural di negeri ini.

Apakah masyarakat miskin membutuhkan BLT? Jawabannya Iya karena masyaakat butuh makan. Apakah dengan BLT, kebutuhan makan masyarakat miskin sudah terpenuhi? Satu dua hari iya, hari selanjutnya, tunggu nasib. Jika dihitung kompensasi dari BLT secara keseluruhan memang sangat besar. Tetapi tidak mempunyai efek sama sekali bagi perekonomian masyakarat. Secara logika, ini menunjukkan bahwa masyarakat “tidak membutuhkan BLT”, tetapi membutuhkan stimulus ekonomi yang dibutuhkan untuk  menunjang keberlangsung makan mereka kedepan. .

Mengapa pemerintah tetap ngotot memberikan BLT? Ada banyak alasan. Pertama, Program pemerintah untuk stimulus ekonomi masyarakat miskin tidak berlangsung sesuai yang diharapkan (karena menjamurnya kerupsi di birokrasi). Untuk meredam kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah, maka diberikanlah BLT. Padahal pemerintah tahu bahwa program ini tidak mempunyai tujuan yang jelas kedepan, kecuali untuk menyenangkan hati masyarakat. Supaya masyarakat tidak marah, maka pemerintah memberikan permen BLT.

Kedua. Sebagai dalih dengan kenaikan BBM. Dengan kenaikan harga BBM, akan membuat perekonomian masyarakat, terutama masayrakat miskin semakin tertekan. Dengan dalih melindungi perekonomian masyakat miskin, maka BLT dikucurkan. Ini menunjukkan bahwa program-program pemerintah masih salah sasaran, karena tidak tahu akar permasalahan penyebab kemiskinan. Seandainya program pemerintah betul-betul untuk memicu perekonomian masyarakat, maka BLT bukanlah solusi.

Seharunya pemerintah harus melakukan kroscek dan penilaian atas keberhasilan dari program BLT ini, karena program ini memang sudah lama dikucurkan, apakah betul-betul mempunyai dampak membantu perekonomian masyarakat? Yang dikenal di masyarakat saat ini adalah BLT itu adalah uang nomplok, jadi bisa dibelanjakan langsung untuk membeli rokok, dan keprluan-keperluan lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan peningkatan perekonomian mayarakat. Disamping itu, pemberian BLT yang sering ditunda-tunda, administrasi dan birokrasi yang norak, sampai-samapi menimbulkan korban jiwa. Jadilah Bantuan langsung Tunai menjadi Bantuan Langsung Tewas.

1 Komentar

  1. Seharusnya, dari pada blt, mending bantu aja warga miskin mendapatkan kerjaan, blt membuat warga menjadi menggatungkan..

    http://pingenmp3.blogspot.com

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال