Perbedaan Antara Waria dan Homoseksual



Mungkin selama ini pemahaman kita tentang kaum waria dan kaum homoseksual adalah sama. Kita mungkin memahaminya bahwa semua waria (bencong) termasuk homoseksual. Kenyataan, antara waria dan homoseksual adalah dua hal yang berbeda.
Secara psikologis, waria adalah kaum transeksual. Trakseksual adalah perubahan identifikasi gender dari laki-laki ke perempuan atau dari perempuan ke laki-laki. Banyak penyebab yang melatar belakangi terjadinya transeksual, antara lain karena faktor genetik, hormon, pengalaman traumatis, identifikasi perilaku, ekonomi dan lain-lain. Dalam faktor genetis, seseorang yang berpenampilan laki-laki secara fisik, tetapi secara genetika dia adalah perempuan, sehingga tingkah laku yang di munculkan seperti perempuan. Faktor genetik ini bisa disebabkan karena translasi kode DNA ataupun karena adanya mutasi gen. Faktor genetik ini mempengaruhi produksi hormonal, khususnya hormon kelamin. Karena stimulasi hormon kelamin biasanya aktif pada masa remaja (pubertas), sehingga terjadinya transeksual karena kelainan genetic lebih besar pada saat ini (sesudah hormon seksual aktif, mulai pada saat pubertas). Seorang transeksual, secara psikologis merasa berada pada tubuh/fisik yang salah. Seorang laki-laki secara fisik misalnya, tetapi mempunyai jiwa yang perempuan, atau secara fisik perempuan tetapi mempunyai jiwa yang laki-laki. Karena perkembangan teknologi, tidak jarang dari kaum transeksual ini melakukan operasi kelamin, maupun melakukan terapi hormon. Hal ini untuk mengidentifikasikan diri (fisik) seorang transeksual sesuai dengan jiwanya.
Bagi kaum homoseksual, tidak ada masalah pada identifikasi fisik dengan jiwanya. Seorang gay misalnya tetap menganggap dirinya seorang laki-laki atau seorang yang lesbi tetap menganggap dirinya seorang perempuan. Yang bermasalah adalah orientasi seksualnya. Mereka menyukai jenis kelamin yang sama (homo), sehingga disebut homoseks. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya homoseksual, diantaranya faktor psikologis (pengalaman traumatis), genetik, identifikasi seksual dan lain-lain. Menurut teori psikoanalisa, faktor utama penyebab seseorang mengalami kelainan orientasi seksual adalah pengalaman masa lalu yang kelam dalam masalah seks, diantaranya pengalaman traumatis kekerasan seksual. Kemungkian besar, seseorang yang mengalami kekerasan seksual dimasa kanak-kanak mengembangkan orientasi seksual yang menyimpang disaat dewasa. Saat ini, homoseksual bukan lagi termasuk perilaku penyimpangan seksual menurut DSM IV TR (revision DSM III). Berbeda dengan DSM III, yang masih mencantum homoseksual pada penyimpangan perilaku seksual. Pada DSM IV TR, homoseksual adalah termasuk salah bentuk orientasi seksual (bukan penyimpangan). Tetapi, perilaku homoseksual bagimanapun bentuknya, tidak akan diterima oleh agama apapun, termasuk budaya-budaya timur.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, waria dan homoseks (transeksual dan homoseks) adalah dua konsep yang berbeda. Transeksual terjadi karena seseorang merasa tidak cocok antara fisik dengan jiwanya, sedangkan homoseks adalah orientasi seksual sesama jenis (lesbi atau gay).
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah jika seorang waria misalnya jatuh cinta kepada laki-laki itu termasuk homoseksual? Jawabannya adalah tidak, karena waria secara psikologis, jiwanya adalah perempuan, sehingga secara naluri mengharapkan laki-laki sebagai partner seksnya.

1 Komentar

  1. Artikel menarik, tapi kalau boleh saya tambahkan..

    Waria sebetulnya tidak bisa digeneralisasikan masuk dalam kategori transseksual. Ada istilah transgender yang memang kadang tumpang tindih dengan istilah transseksual. Sederhananya, transseksual itu 'terperangkap' dalam tubuh yang salah, dari kecil memang dia tidak menginginkan tubuh biologisnya. Berbeda dengan transgender yang lebih mengacu pada 'pengambilan' peran gender yang berbeda dengan tubuh biologisnya. Seorang transgender tidak menginginkan operasi kelamin. Namun perlu diingat kalau bukan berarti waria yang melakukan operasi lantas kita kategorikan sebagai transseksual, perlu pendalaman psikologisnya. Atau sebaliknya ada seorang transseksual yang karena hambatan tertentu (ekonomi, nilai-nilai) yang tidak bisa melakukan operasi. Secara psikologis, dia tetap transseksual.

    Kemudian soal orientasi seksual gay dan lesbian, anda menyebutkan hal tersebut tidak diterima di budaya timur. Harap hati-hati dengan statement ini, karena saya melihat blog ini mencoba untuk ilmiah, maka opinipun sebaiknya mengacu kepada keilmiahan. Beberapa kajian sejarah menemukan budaya-budaya Nusantara mengakomodir praktik-praktir homoseksualitas. Jika budaya Barat yang dituding, perlu kita lihat sejarah justru kedatangan Eropa ke Indonesia dulu juga membawa misi kristenisasi (Gold, Glory and Gospel) yang dipegaruhi oleh era Victoria, termasuk 'penertiban' seksualitas manusia.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال