Takut Mengambil Resiko, Bukti Kepribadian yang “Labil”

Hidup adalah sebuah masalah, dan masalah adalah resiko kehidupan. Manusia yang sehat adalah manusia yang mau menerima resiko kehidupan tersebut. Manusia tanpa masalah seperti mayat berjalan, karena semua makhluk hidup mempunyai masalah masing-masing.
Apakah masalah itu merupakan sebuah sebuah rintangan dalam kehidupan? Sekejap, memang dilihat, bahwa masalah adalah sebuah rintangan. Tetapi, hanya manusia yang mampu melewati rintangan yang akan terus hidup. Dalam teori evolusi, disebut sebagai seleksi alam, hanya hakhluk hidup yang kuat yang akan bertahan (survival pit test).
Pada manusia, masalah sebenarnya adalah sebuah latihan untuk meng-upgrade kemampuan. Semakin besar masalah, semakin tinggi posisi yang akan dicapai, semakin banyak masalah, semakin kuat untuk untuk survive (bertahan).
Dinamika kepribadian manusia adalah unik. Ada yang menyukai tantangan sebagai sebuah petualangan, dan ada yang menyukai “rasa aman” dan jaminan dalam kehidupan. Mengapa orang Indonesia berlomba-loba menjadi PNS? Karena PNS menjamin kehidupan masa tua. Mengapa orang-orang yang lahir dari keluarga pengusaha lebih menyukai menjadi pengusaha? Kemungkinan karena mereka belajar tantangan dari keluarga mereka. Perlu diingat bahwa, orang yang lahir dari tantangan yang besar adalah orang-orang yang akan survive.
Resiko yang besar membutuhkan pengorbanan yang besar. Sebenarnya perbedaan orang cerdas dan kurang cerdas hanya pada pemilihan resiko ini. orang cerdas adalah orang yang berani mengambil keputusan dengan memperkirakan keuntungan yang besar dengan resiko terkecil. Tetapi terkadang orang kurang cerdas, tidak bisa memperhitungkan keuntungan dan resiko yang akan diterima. Bayangkan saja misalnya, seandainya orang Indonesia berlomba-lomba menjadi pengusaha, maka akan semakin banyak orang kaya di Indonesia,  dari pada berlomba-lomba menjadi PNS yang hanya akan menimbulkan birokrat yang miskin, kalau mau kaya, jalan satu-satunya hanyalah korupsi. Ini karena sebagian besar dari kita tidak mau mengambil resiko yang besar.
Takut mengambil resiko adalah orang-orang yang berkepribadian, labil karena tantangan yang diterima adalah tantangan yang kecil-kecil (gurem) sehingga dalam menjalani kehidupan, sumber referensi mereka juga sedikit, kurang pengalaman. Mereka tidak mau bersusah payah menaiki tangga yang tinggi, padahal diatas sudah disediakan makanan yang lesat-lesat, jadilah dia ngiler dibawah. Mereka berusaha mencari tantangan kecil yang aman untuk mendapatkan hasil yang besar, sebuah harapan yang mustahil. Menangkap ikan pakai jala udang, mustail dapat menangkap ikan hiu.
Orang yang takut mengambil resiko akan selalu berubah-ubah pendirian, karena selalu memperhitungkan untung rugi masa sekarang, bukan karena untuk meraih cita-cita yang besar. Perbedaan antara judi dan pilihan kehidupan terletak pada kekuatan bertahan. Pada permainan judi, situasi sekarang akan sangat mempengaruhi. Tetapi pilihan kehidupan, keberhasilan di tentukan pada kekuatan bertahan.
Orang labil lebih didominasi oleh perasaan daripada kekuatan pikiran mereka. Padahal perasaan biasanya selalu menipu, dan terkadang tidak rasional. Jadilah orang labil selalu berubah-ubah pikiran dan pendapat, sehingga dikenal sebagai seorang yang tidak dewasa.
Dilihat dari gender, perempuan lebih labil daripada laki-laki, karena perempuan selalu mengutamakan perasaan daripada pikiran yang rasional.
Jadilah orang cerdas yang kuat, menantang resiko yang besar, untuk meraih kesuksesan.

Ardi al-Maqassary

"Aku melihat, diujung sana, ada setitik cahaya yang terang benderang. Akan kuraih cahaya itu, dan membagikannya kepada seluruh manusia!!!"

4 Komentar

  1. belajar mengambil dan siap menghadapi resiku adalah tantangan besar tidak semua orang bisa hanya orang-orang tertentu saja atau pilihan ditunggu coment bactnya di link artikenya ini

    BalasHapus
  2. setuju.... untuk mncpai tujuan kita harus mengmbil pilihar bgtu jg dg rskonya..
    jgn lupa mampir ke eMingko Blog

    BalasHapus
  3. cara ambil keputusan itu bagaimana? istiharoh-kah terus - menerus?

    BalasHapus
  4. Menurut saya sih, menuju kelabilan itu terjadi jika pikiran dan perasaan kita berlawanan, orang dikatakan tidak labil jika dia mampu memilih perasaan atau pikirannya menjadi pegangan, terlepas itu beresiko atau tidak beresiko, tetapi dia akan labil jika pilihannya berubah, karena masih adanya kebimbangan dalam dirinya.dia dikatakan tidak labil jika dia memikih konsisten, mau itu pilihan beresiko atau tidak beresiko.mau itu pilihan benar atau salah yang diketahuinya ataupun tidak diketahuinya. Dan juga dia tidak labil jika perasaan dan pikiranya sejalan

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال