Jomblo, Siapa Takut?

Beberapa hari yang lalu saya menulis artikel yang membahas tentang seberapa penting pacaran sebelum menikah. Saya mendapatkan banyak respon dari pembaca, dan saya simpulkan bahwa, kebanyakan respon yang masuk menyatakan bahwa, seseorang berpacaran karena takut “menjomblo”.

Jomblo, sebuah status baru yang disandang oleh seseorang yang belum punya pacar atau memang tidak berniat punya pacar. Untungnya, status jomblo ini belum ada dalam KTP, sehingga orang yang belum punya pacar atau tidak berniat punya pacar, masih berhak menyandang status single bukannya jomblo.

Alasan-alasan yang masuk mengapa seseorang takut menjomblo, seperti dibawah ini:

Jomblo sebagai status sosial

Kata jomblo, merupakan kosakata baru dalam tata bahasa Indonesia, tetapi saya tidak tahu pasti apakah ini kata serapan atau bukan. Saat ini jomblo adalah sebuah status sosial. Seperti yang saya katakan diatas, untungnya status sosial ini belum ada dalam KTP seperti single, menikah, duda/janda. Apakah status single akan diganti dengan status jomblo supaya lebih jelas?

Banyak orang, mencari pacar karena tidak mau berstatus jomblo. Begitu jelekkah status ini, sehingga kita harus menutupinya?

Takut tidak kebagian

Takut tidak kebagian, alasan yang manusiawi. Mereka menggunakan prinsip pemasaran dalam mencari pasangan. Semakin tinggi permintaan maka pacar pun semakin susah didapat, dan semakin banyak persediaan, semakin mudah mencarinya. Benarkah? Bukannya semakin banyak persediaan, semakin susah memilihnya?

Takut kehilangan kesempatan

Alasan kedua, karena takut kehilangan kesempatan. Jika ada seseorang yang menarik hati, sangat rugi rasanya jika tidak mendapatkannya, kata sebagian orang. Mereka harus memfaatkan kesempatan yang langkah ini untuk mendapatkannya. Kehilangan kesempatan, berarti kehilangan peluang.

Kita akan membahas alasan-alasan diatas, mengapa seseorang takut menjomblo, apakah rasional atau tidak:

Jomblo sebagai status sosial

Ini adalah sebuah pergeseran nilai, baik agama maupun budaya. Dalam agama maupun budaya asli timur, pacaran adalah sebuah aib, minimal itu kata orang tua kita. Tetapi sekarang, pacaran adalah sebuah kebutuhan, itu kata anak muda masa kini. Mengenai, apakah pacaran itu memang sebuah kebutuhan, anda bisa baca disini.

Jika kita kembalikan apa kenyataannya, ternyata pacaran itu status yang tidak jelas, bahkan lebih jelas statusnya orang jomblo. Pacaran, hanya diikat karena sebuah ketertarikan semata dan lebih banyak pada ketertarikan fisik (passionate love). Secara norma adat tidak diakui, norma agama apalagi, norma hukum tidak legal. Pacaran adalah sebuah status abu-abu antara putih atau hitam. Lebih jelas status jomblo, “putih bersih tidak ternoda”.

Takut tidak kebagian

Memang sebuah sifat dasar manusia. Takut tidak kebagian sehingga terburu-buru mengambil peluang bahkan rela berdesak-desakan, bahkan ada yang gugur karenanya. Karena cinta, seorang rela mati dijalannya, jalan cinta yang tidak punya arah.

Secara rasional, itu tidak mungkin. Banyak peluang menanti. Jangan takut tidak kebagian, apalagi harus berdesak-desakan dan mati karenanya. Bumi ini luas, penghuninya pun milyaran jumlahnya, berarti perluangpun tersedia dalam jumlah yang sangat banyak. Jangan takut stock akan habis, dia akan tersedia sepanjang masa.

Takut kehilangan kesempatan

Kesempatan seharusnya memang dipergunakan. Tetapi, menggunakan kesempatan juga harus mempertimbangkan situasi. Jika waktu dan situasinya belum tepat, apa salahnya menunda kesempatan itu. Boleh jadi, kesempatan yang lebih bagus akan datang dalam situasi dan waktu yang tepat.

Mengambil sebuah pilihan secara terburu-buru, apalagi belum terlalu dibutuhkan untuk saat ini, akan membuang kesempatan lain yang akan datang yang kemungkinan lebih bagus. Punya pacar saat ini, jangan lirik-lirik yang lain lagi. Sebuah penjara, dan orang jomblo akan keluar jadi pemenang disaat yang tepat ini, mengambil yang terbaik, dengan waktu yang tepat. Sebuah kemenangan bagi orang-orang yang bisa menahan.

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال