Aliran-Aliran Awal dalam Psikologi


Dalam pekembangan psikologi sebagai sebuah ilmu, terdapat beberapa aliran yang memarnai dan mendominasi serta mencetuskan ilmu psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang ilmiah. Aliran pertama (strukturalisme) yang merupakan aliran paling awal dan di sepakati sebagai tahun kelahiran ilmu psikologi itu sendiri. Wilhelm Wundt, seorang psikolog dari jerman, mendirikan laboratorium psikologi pertama tahun 1987 yang menjadi dasar kelahiran ilmu psikologi. pada perkembangan awal ini, Wundt diklasifikasikan sebagai seorang yang beraliran strukturalisme. Pada perkembangan selanjutnya, aliran strukturalisme ini tidak bisa bertahan, bahkan lenyap dikemudian hari.
Aliran kedua (Fungsionalisme), aliran ini berkembang di Amerika Serikat dengan tokoh utamanya adalah William James. Aliran fungsionalisme dengan strukturalisme mempunyai pandangan yang bertolak belakang dalam menganalisis perilaku. Jika aliran strukturalisme menyatakan bahwa perilaku harus dikaji dalam setiap elemen-elemennya, aliran gunsionalisme berpendapat bahwa, tidak perlu mengkaji elemen-element mengapa seorang berperilaku, tetapi yang perlu dikaji adalah tujuan dari perilaku tersebut. Dikemudian hari aliran ini pun lenyap, tetapi pengaruhnya masih ada pada aliran-aliran dalam psikologi selanjutnya.
Aliran ketiga adalah pikoanalisis. Aliran ini, pada awal perkembangan psikologi adalah sebuah aliran yang berjaya, apalagi dalam menangani kasus-kasus klinis. Tetapi dasar ilmiah dari aliran ini masih dipertanyakan sampai sekarang. Walaupun keberadaan aliran ini masih eksis hingga saat ini, tetapi mulai terdesak oleh perkembangan aliran-aliran baru yang berkembang, yang jelas lebih ilmiah.
Di bawah ini dijelaskan secara singkat, ketiga aliran tersebut diatas:
Strukturalisme
Di Amerika, ide-ide Wundt dipopulerkan dengan cara yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa oleh salah satu muridnya, E.B. Titchener (1867-1927) yang menyebut pendekatan Wundt dengan nama strukturalisme. Seperti Wundt, pada strukturalis berharap dapat menganalisis berbagai sensasi, gambaran, dan perasaan kedalam elemen-elemen dasar. Sebagai contoh, ketika seseorang diminta mendengarkan bunyi metronom dan melaporkan secara tepat apa yang mereka dengar. Kebanyakan orang menyatakan bahwa mereka menangkap sebuah pola (seperti KLIK klik klik KLIK klik klik), meskipun semua bunyi klik dari sebuah metronom tersebut pada kenyataannya sama. Atau seseorang juga bisa diminta menguraikan semua komponen cita rasa yang berbeda-beda ketika menggigit sebuah jeruk (manis, asam, basah, dan sebagainya).
Terlepas dari program penelitian yang intensif, strukturalisme mengalami nasib yang sama seperti kisah dinasourus. Setelah anda menemukan struktur-struktur pembangun sensasi atau imaji dan bagaimana mereka saling berkaitan, lalu bagaimana? Bertahun-tahun kemudian, setelah strukturalisme mati, Wolfgang Kohler (1959) teringat kembali tentang bagaimana ia dan para rekan merespon hal itu ketika masih menjadi mahasiswa ”apa yang dulu menunggu kami adalah”….dampaknya, bahwa kehidupan manusia yang tampaknya begitu berwarna dan sangat dinamis, ternyata hanyalah sesuatu yang membosankan.
Kepercayaan strukturalisme pada introspeksi yang dilakukan oleh para partisipan juga menimbulkan masalah bagi mereka. Terlepas dari pelatihan yang telah diperoleh, para partisipan yang melakukan introspeksi itu kerap memberikan laporan-laporan yang saling bertentangan antara satu sama lain. Ketika ditanyai gambaran apa yang muncul benaknya ketika mendengar kata segitiga, kebanyakan responden menjawab bahwa mereka membayangkan suatu bentuk visual yang mempunyai sudut-sudut yang sama; sedangkan responden lainnya mengatakan melihat bentuk warna yang melingkar dengan satu sudut lebih besar daripada sudut yang lainnya. Sejumlah orang bahkan mengaku bahwa mereka bisa memikirkan segitiga tanpa sama sekali membentuk bayangan visual. Karena itu, sulit untuk mengetahui atribut mental apakah yang mendasar bagi sebuah segitiga.
Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. 
Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.  Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi)  suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi  untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, sebagai berikut:

  • Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
  • Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
  • Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
  • Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons adalah suatu kesatuan.
  • Psikologi sangat berkaitan dengan  biologi dan merupakan cabang yang  berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
  • Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, meskipun sebagian besar riset dilakukan di Univ. Chicago ( pusat  perkembangan fungsionalisme) menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
Psikoanalisis
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Tesis-tesis tentang hakikat manusia dari aliran Psikoanalisis adalah bahwa: Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak,- Sebagaian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari,- Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresifitasnya,- Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan,- Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis,- Pembentukan simpton merupakan bentuk defensive,- Pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang,- Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Pandangan psikoanalisis memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.

Referensi:
Boeree, C. Geroge. 2007. Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Modern. Jakarta:  Primasophie
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada  
Lundin.1991.  Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.
Wade, Carole. 2007. Psikologi. Jakarta:  Penerbit Erlangga

Ardi al-Maqassary

"Aku melihat, diujung sana, ada setitik cahaya yang terang benderang. Akan kuraih cahaya itu, dan membagikannya kepada seluruh manusia!!!"

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال