Sejarah Sutera


Beribu-ribu tahun yang lampau sejarah sutera telah dimulai, bahkan sebelum penanggalan masehi dimulai. Pelopor kegiatan persuteraan dunia adalah negeri China. Budi daya ulat sutera jenis Bombyx mori (Lepidoptera, Bombycidae) sudah dikembangkan di negara China sejak 2500 tahun SM, yakni pada era Dinasti Han. Benang dan kain sutera yang berasal dari ulat jenis ini telah menjadi produk unggulan yang dibanggakan oleh negara China, sekaligus bagian dari kegiatanatau budaya masyarakat di negara tersebut. Selain di China, budi daya ulat sutera B. morijuga sudah berkembang pesat di Jepang (abad ke-2), di India dan Korea(abad ke-3), di Italia dan Prancis (abad ke-16), serta Inggris (abad ke-17) (Solihin,2010).
Orang chinalah yang pertama kali membudidayakan ulat sutera dengan pemberian pakan daun murbei. Mereka mengubah kokon lewat proses pemintalan menjadi benang sutera dan menenunnya menjadi kain. Mereka juga memasarkan sutera ke seluruh dunia. Pada masa pemerintahan dinasti Han (206 SM - 25 SM) sudah ada pabrik pemintalan benang sutera. Ketika pertama kali diperkenalkan, kain sutera sudah menarik hati para keluarga kerajaan china. Pakaian-pakaian keluarga kerajaan yang mewah dan indah ini lalu ditiru oleh para bangsawan dan orang-orang kaya di wilayah itu. Akibatnya, dimulailah usaha persuteraan secara massal. Banyak petani china yang menanami lahannya dengan pohon murbei dan memelihara ulat sutera.
Naluri dagang yang dimiliki orang china membantu memperluas budidaya ulat sutera hingga melintas ke negara-negara di sekitarnya, bahkan sampai jauh ke Eropa. Lewat jalur perdagangan yang masyhur yaitu jalur sutera atau silk road, sutera dibawa ke luar dataran China. Dengan menggunakan karavan, pedagang china membawa kain sutera sampai ke eropa melalui gurun ghobi dan turki, serta daratan negara-negara di Asia Kecil.
Jepang dan korea di Asia Timur, serta daerah-daerah di Asia Barat seperti India, sejak abad ke-4 sudah mengenal budidaya dan pengolahan sutera. Sedangkan daerah-daerah di Asia Tenggara mengenal sutera ketika orang china melewati daerahnya untuk mengembangkan sutera ke India. Saat itu yang dikenal baru kain suteranya, sedangkan budidaya ulat sutera sendiri dikenal lama setelah itu.
Setelah jalur sutera mencapai eropa, kota venesia di Italia menjadi pusat perdagangan sutera antar negara Timur dan Barat. Bangsa arab yang berpusat di kota bagdat dan damaskus mengembangkan teknik penenunan kain sutera. Sutera lantas terkenal ke seluruh penjuru dunia. Perdagangan lewat laut memperluas pasaran sutera ke Perancis, Spanyol dan Inggris. Dari daerah-daerah ini, berlanjut ke seluruh daratan eropa, terutama jerman.
Sejak abad ke 13, perancis mulai mengusahakan kain sutera. Perkembangan usaha persuteraan sungguh sangat pesat dinegara ini. Pada abad ke 16, daerah Lyon saja terdpat sekitar 5 ribu ahli pembuat sutera. Karna pesatnya kebutuhan akan kokon dan benang sutera, maka akhir abad ke-16 tiu Perancis dan Italia mulai membudidayakan ulat suteranya. Di Inggris pabrik penenunan sutera pertama kali didirikan pada abad ke-15
Sedangkan jepang mengenal sutera tidak lama setelah China memulainya. Pada abad ke-2 bibit kupu-kupu penghasil sutera didatangkan ke Jepang dari China. Perkembangan yang pesat kemudian menjadikan kegiatan persuteraan menjadi tulung punggung perekonomian jepang. Di zaman Meiji, tahun 1880, jepang menhasilkan 44.000 ton kokon atau sama dengan 2.000 ton sutera mentah. Pada tahun 1930, ekspor jepang sekitar 30-50% didominasi oleh sutera mentah, yaitu sebanyak 40.000 ton. Sayang sekali perkembangan industri lain di jepang menggeser kejayaan usaha sutera. Lahan-lahan murbei yang berkurang karena perluasan areal industri menyebabkan prosuksi jepang menurun.
Dibandingkan negara lain, Amerika Serikat termasuk terlambat mengenal persuteraan. Pabrik penenunan kain sutera baru didirikan tahun 1838 di daerah new georgia. Daerah inilah yang kelak menjadi pusat persuteraan Amerika.
Di Indonesia, perkembangan sutera juga sudah lama berlangsung, yaknidimulai pada abad ke-10. Awalnya, kegiatan perdagangan sutera di Indonesiadilakukan secara langsung oleh negara China dan India. Hal ini membuatpemanfaatan sutera mengalami perkembangan di wilayah Nusantara, terutama didaerah Sulawesi dan berlanjut hingga masa pendudukan Belanda. Sejak tahun1922 hingga periode pendudukan Jepang, ulat sutera B. Mori berkembang baik dibeberapa daerah, terutama pada ketinggian 1000-5000 kaki dpl, misalnya di Garut(Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), Curup (Bengkulu), dan Pematang Siantar(Sumatera Utara).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال