Indikator Keberhasilan Usaha

Terdapat beberapa indikator keberhasilan usaha. Untuk melihat indikator atau alat ukur keberhasilan usaha, para ahli sudah mengidentifikasi indikator-indikator keberhasilan usaha. Indikator keberhasilan usaha, dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan usaha industri kecil maupun industri skala besar.
Sebelum melihat indikator keberhasilan usaha, ada baiknya melihat keunggulan usaha indsutri kecil terlebih dahulu. Beberapa keunggulan Industri Kecil terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Inovasi dalam teknologi yang telah mudah terjadi dalam pengembangan produk. 
  2. Hubungan kemanusiaan yang akrab dalam perusahaan kecil 
  3. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja 
  4. Fleksibillitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat disbanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis 
  5. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Banyak faktor yang bisa dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu usaha, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukere dalam Novari (2002) dimana menurutnya untuk mengukur keberhasilan usaha dapat dilakukan dengan objek evaluasi: laporan keuangan, pemasaran, produk si, administrasi akuntansi, manajemen, dan kepegawaian.
Kevitt dan Lawton dalam Samsir (2005) menggunakan indikator dalam mengukur keberhasilan usaha/kinerja organisasi, sebagi berikut:
  1. Produktivitas, yang dikur melalui perubahan output kepada perubahan disemua faktor input (modal dan tenaga kerja) 
  2. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, cadangan modal, mekanisme penyesuaian, dan pengaruh terhadap perubahan status) 
  3. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah pegawai).
Finansial (Profitabilitas) memang dianggap sebagai aspek utama dalam pengukuran kinerja perusahaan/organisasi namun belum memadai untuk menjelaskan efektivitas perusahaan secara umum. Sehingga perlu ada kelengkapan kinerja dari aspek lain.
Pendangan ini dikemukakan antara lain oleh Kevitt, Lawton dan Dess dalam Ajat Sudrajat (2006) menurut Dess pengukuran kinerja hanya dengan menekankan aspek keuangan punya kelemahan, misalnya tidak mampu mengukur kinerja harta tidk tampak (intangible assets) dan harta intelektual (sumber daya manusia).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال