Pengertian Inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno (2002). Akan
tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan
sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000). Kenaikan
harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.
Pengertian Inflasi menurut Pohan (2008)
adalah kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada
seluruh kelompok barang dan jasa. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara
terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi
hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus,
bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk barang
yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan
inflasi.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi
adalah keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap
barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu
kenaikan harga yang terus-menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu
macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang
sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi.
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi
pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap
distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap
alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan
efficiency dan output effects (Nopirin, 2000).
Efek terhadap Pendapatan
(Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya
inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas
akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang
mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau
mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang di mana nilainya naik dengan
prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
Efek terhadap Efisiensi (Efficiency
Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi
faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan
barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang
kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
Efek terhadap Output (Output
Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya
kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga
barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan
keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini
cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni
penurunan output.
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang
riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas,
transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi
barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung
antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output,
tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.
Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman
Presiden Soekarno karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent
(kalau perlu uang, cetak saja). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan
inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara
lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai
agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru
di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia
mengutamakan penjagaan nilai rupiah.
Tetapi karena sejarah dan karena inflationary
expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada
sejarah) maka inflasi inti masih lebih besar daripada 5 persen setahun.
Tags
Ekonomi