Penyebab perilaku menyimpang t beragam. Terjadinya
perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat yang
ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda maka hal
tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang berlainan. Tidak
semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku
di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga
cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang.
Adapun
faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai
berikut:
- Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
- Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.
- Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.
- Keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam kompleks prostitusi.
- Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.
Sementara
itu menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
- Faktor subjektif, yaitu faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
- Faktor objektif, yaitu faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Berikut
diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu dari
faktor objektif:
- Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orangtuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
- Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan yang menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
- Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
- Ikatan sosial yang berlainan.setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
- Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang adalah sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri seseorang yang menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar.
Healy Broner (dalam Kartono, 1992)
mengemukakan bahwa perilaku menyimpang penyebabnya bersifat sosiogenis.
Misalnya oleh kekuatan kultural dan disorganisasi sosial kota-kota besar dimana
terjadi perkembangan yang sangat pesat. Pertambahan penduduk yang pesat
menjadikan daerah perkotaan juga cepat berubah. Kondisi perkotaan yang memiliki
ciri-ciri khas tertentu akan memunculkan perilaku yang menyimpang pada remaja.
Jadi perilaku menyimpang tidak semata-mata muncul akibat pengaruh lingkungan
keluarga saja, tetapi juga konteks kultur seseorang. Munculnya perilaku menyimpang
remaja pada dasarnya terpupuk dari keadaan lingkungan yang juga tidak sehat.