Sel Darah Merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah komponen terpenting dan terbanyak dalam cairan tubuh manusia. Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentranspor hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah normal merupakan cakram bikonkaf yang mempunyai garis tengah rata-rata 8 mikron dan tebalnya diukur dari bagian yang paling tebal 2 mikron dan ditengahnya mempunyai tebal 1 mikron.
Pembentukan sel darah merah
Sel darah merah berasal dari sel yang dikenal sebagai hemositoblast. Hemositoblast yang baru secara kontinyu dibentuk dari sel induk primordial sumsum tulang. Hemositoblast mula-mula membentuk eritoblast basofil yang mulai mensintesis hemoglobin. Eritoblast kemudian menjadi eritoblast polikromatofilik, setelah ini inti sel menyusut, sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblast. Setelah sitoplasma normoblast terisi dengan hemoglobin, inti menjadi sangat kecil dan dibuang.
Pada waktu yang sama, retikulum endoplasma direabsopsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit karena ia masih mengandung sejumlah kecil retikulum endoplasma basofilik yang menyelingi di antara hemoglobin di dalam sitoplasma. Sementara sel dalam stadium retikulosit ini, mereka masuk ke dalam kapiler darah dengan diapedesis (menyelip melalui pori membran).
Pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) terjadi di sumsum tulang, dada, iga, panggul, pangkal tulang paha, dan lengan atas.
Mekanisme ringkasnya sebagai berikut:
Sel stem hematopoietik pluripoten --- commited stem cell (disebut juga CFU-E) ---  diatur penginduksi pertumbuhan, misal IL-3 --- memicu pertumbuhan --- penginduksi diferensiasi, misal oksigen dan akhirnya terbentuk eritrosit.
Retikulum endoplasma tersisa di dalam retikulosit terus menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil selama satu sampai dua hari, tetapi pada akhir waktu itu retikulum hilang sama sekali. Eritropoietin adalah suatu hormon glikoprotein yang terdapat dalam darah dalam keadaan hipoksia dan selanjutnya bekerja pada sumsum tulang untuk meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah. Ginjal memegang peranan penting dalam pembentukan eritropoietin sebagai berikut: bila ginjal mengalami hipoksia, ia mengeluarkan enzim yang dinamakan faktor eritropoietin ginjal.
Enzim ini disekresi ke dalam darah tempat enzim ini bekerja, dalam beberapa menit bekerja pada salah satu globulin plasma, untuk memecahkan molekul glikoprotein eritropoietin. Eritropoietin selanjutnya beredar dalam darah selama kira-kira satu hari dan selama waktu ini ia bekerja pada sumsum tulang dengan menyebabkan eritropoiesis.
Pada keadaan tidak ada ginjal sama sekali, eritropoietin masih dibentuk dalam jumlah sedikit pada bagian tubuh lain. Oleh karena itu, tanpa adanya ginjal orang biasanya orang menjadi sangat anemia karena kadar eritropoietin dalam sirkulasi yang sangat rendah.
Metabolisme Besi
Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, kira-kira 65% diantaranya dalam bentuk hemoglobin dan sekitar 4% dalam bentuk mioglobin, 1% berbentuk senyawa hem yang mengawasi oksidasi intrasel, 0,1% berikatan dengan protein trasferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan dalam bentuk feritin di dalam hati.
Bila besi diabsorbsi dari usus halus, besi tersebut berikatan dengan globulin, transferin dan ditranspor dalam bentuk ikatan dalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin dan akibatnya dapat dilepaskan ke setiap jaringan dan setiap tempat dalam tubuh. Bila jumlah besi dalam plasma turun sangat rendah maka besi dikeluarkan dari feritin dengan mudah sekali untuk ditraspor ke jaringan yang membutuhkan. Bila sel darah merah telah mencapai masa hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang dikeluarkan dari sel dicernakan oleh sel–sel retikuendotelial. Besi bebas yang dikeluarkan disimpan dalam pangkalan feritin atau digunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال