Proses Terjadinya Kehamilan

Kehamilan adalah sebuah proses. Proses terjadinya kehamilan merupakan proses yang panjang sekitar 9 bulan. Kehamilan merupakan suatu hal yang membahagiakan tentunya bagi pasangan suami istri (Sebastian, 2008). Adanya kehamilan menyebabkan perubahan besar pada tubuh ibu, beberapa dari perubahan tersebut membuat ibu hamil merasa tidak nyaman bahkan terganggu (Nakita, 2004). Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya. Semakin bertambah usia kehamilan, akan mengakibatkan bentuk tubuh ibu berubah yang semula langsing menjadi tidak langsing lagi. Buah dada mulai membesar, pembuluh-pembuluh darah pada perut tampak biru, perut semakin menonjol ke depan. Semua perubahan fisik pada ibu mengakibatkan terjadinya perubahan psikis berupa rasa tidak percaya diri terhadap penampilan dirinya. Pada masa ini ibu akan enggan bepergian, bahkan ada yang sampai menarik diri dari aktifitas kehidupan sosial sebagai seorang ibu (Mandriwati, 2008).
Tiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (Prawirohardjo, 2008). Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan, terdiri atas (1) ovulasi; (2) migrasi spermatozoa dan ovum; (3) nidasi (implantasi) pada uterus; (4) pembentukan plasenta; (5) pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai aterm (Hidayati, 2009).
Pembuahan (konsepsi/fertilasi) adalah penyatuan sperma dari laki-laki dengan ovum dari perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkannya untuk bergerak dalam media cair. Sel-sel benih ini diyakini dapat mempertahankan kemampuan fertilisasinya selama 2-4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup selama maksimal 48 jam setelah ovulasi sehingga agar fertilisasi berhasil, senggama harus dilakukan dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi. Selama senggama akan terdapat sebanyak 300 juta spermatozoa di dalam 3 ml cairan seminalis (air mani). Sejumlah besar sperma akan hancur akibat keasaman vagina, dan beberapa di antaranya mati dalam perjalanan menuju tuba fallopii. Sel-sel benih ini berjalan dengan menggerakkan ekornya memakai energinya sendiri dan pada saat ovulasi, gerakannya dibantu oleh mukus serviks yang mudah ditembus. Perjalanan sperma lewat serviks serta korpus uteri dan ke dalam tuba fallopii diperkirakan berlangsung selama sekitar 20 menit (Farrer, 2001).
Pada saat ovulasi, ovum akan didorong keluar dari folikel de Graaf dan kemudian ditangkap oleh fimbria yang memeluk tuba fallopii pada sisi tersebut. Spermatozoa bertemu dengan ovum di dekat ujung tuba yang memiliki fimbria. Hanya satu sperma yang akan membuahi ovum, namun beberapa (juta) sperma lainnya diperlukan untuk memasok enzim hialuronidase yang akan melunakkan korona radiata (sel-sel yang mengelilingi ovum). Spermatozoa menembus ovum dengan membenamkan kepalanya lewat dinding ovum tersebut yang dengan
Segera menjadi tidak permeabel lagi bagi semua sperma lainnya. Kedua sel benih itu menyatu dan membentuk satu sel tunggal. Sel tunggal ini merupakan individu yang baru dan unik karena mampu berkembang menjadi bayi dengan jenis kelamin serta karakteristik yang sudah ditentukan selain membentuk plasenta serta selaput ketuban (Farrer, 2001).
Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6-8 hari untuk berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba fallopii dibantu oleh kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Selama perjalanannya ke dalam uterus, zigot berkembang melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12-15 jam sekali, namun ukurannya tidak bertambah. Ketika mencapai uterus, zigot merupakan massa sel dan disebut morula. Kemudian morula terpisah menjadi dua lapisan, cairan terbentuk dan mengisi ruangan di antara kedua lapisan massa sel tersebut. Struktur ini disebut blastokist. Massa sel luar disebut trofoblast; trofoblast ini akan melekatkan ovum pada desidua dan berkembang menjadi plasenta serta membran (korion) luar. Dinding massa sel dalam akan berkembang menjadi embrio, tali pusat dan membran (amnion) dalam (Farrer, 2001).
Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi ovum, blastokist akan menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi (yang juga disebut penanaman atau nidasi) biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri. Sel-sel blastokist sebelah luar akan mensekresikan suatu substansi, yaitu enzim proteolitik, untuk memecah permukaan endometrium sehingga blastokist dapat menanamkan dirinya. Aktivitas muskuler uterus pada saat ini adalah rendah karena kadar progesteron yang relatif tinggi dalam aliran darah. Begitu implantasi terjadi, lapisan uterus akan menyelimuti blastokist dan kehamilan terbentuk. Saat ini dan seterusnya sampai akhir kehamilan, lapisan uterus disebut desidua. Sel-sel trofoblast kemudian dapat menyerap nutrien dari desidua dan mensekresikan hormonnya sendiri, yaitu human chorionic gonadotropin (HCG) ke dalam aliran darah ibu yang hamil tersebut. Gonadotropin korionik ini mempertahankan korpus luteum dan dengan demikian mempertahankan desidua. Sekresi gonadotropin korionik meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada sekitar 70 hari sesudah konsepsi. Kemudian sekresi hormon ini menurun karena plasenta mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus luteum. Pengukuran HCG dalam urin biasanya merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan untuk menegakkan kehamilan (Farrer, 2001).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال