Penyakit Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan penularannya kepada orang lain memerlukan waktu yang cukup lama tidak seperti penyakit lainnya. Masa inkubasinya adalah 2-5 tahun. Penyakit ini menyerang syaraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran pernafasan bagian atas, mata, otot, tulang dan testis. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi dapat asimtomatik. Namun pada sebagian kecil memperhatikan gejala-gejala yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat khususnya pada tangan dan kaki (Depkes RI, 2002).
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat (Djuanda, 2008).
Penyebab Penyakit Kusta
Sebagian penyakit menular disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab penyakit kusta disebut Mycobakterium Leprae. Belum secara pasti bagaimana  penyebaran atau perpindahan penyakit kusta, yang jelas seseorang penderita tidak dapat menular ke orang lain kecuali mycobacterium leprae yang hidup keluar dari tubuh penderita kemudian masuk ke tubuh orang lain. Jenis bakteri ini juga dikenal dengan nama Hansen’s bacillus, lantaran ditemukan oleh seorang ahli fisika Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen, pada tahun 1873 (Depkes RI, 2002).
Tipe Penyakit Kusta
Secara garis besar, penyakit kusta dibagi menjadi dua, yaitu:
  1. Tipe PB (Pausi Basiler) yaitu penderita kusta yang mempunyai kelainan dengan jumlah lesi 1-5, penebalan syaraf hanya 1 disertai dengan gangguan fungsi dan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) negatif. 
  2. Tipe MB (Multi Basiler) yaitu kelainan kulit dengan jumlah lesi lebih dari 5, penebalan syaraf lebih dari 2 disertai gangguan fungsi dan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) positif.
Tanda-Tanda Penyakit Kusta
Tanda-tanda dari penyakit kusta bermacam-macam tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut.
Adapun tanda-tanda yang mudah untuk dikenal yaitu:
  1. Adanya bercak putih tipis seperti panu yang mati rasa pada tubuh manusia. 
  2. Adanya binti-bintik kemerahan yang tersebar pada kulit. 
  3. Adanya penebalan saraf tepi. 
  4. Muka berbenjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Pengobatan Penyakit Kusta
Dilihat dari sejarahnya pengobatan kusta telah melalui beberapa tahap perkembangannya. Meskipun obat yang ditemukan memberikan harapan yang lebih cerah namun masih dalam evaluasi uji klinis, maka regimen MDT (Multi Drug Therapi) masih dianjurkan pada program pemberantasan kusta diseluruh dunia.
Program MDT (Multi Drug Therapi) dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika kelompok studi kemoterapi WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta regimen kombinasi yang dikenal sebagai regimen kombinasi yang dikenal sebagai regimen MDT WHO yaitu DDS (diamino difenil sulfon), Rifampisin dan Klofazimin. Selain untuk mengatasi resisten dapsone dan rifampicin yang semakin meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan untuk mengurangi ketidaktaantan penderita dan menurunkan angka putus obat (drop out rate) yang cukup tinggi pada masa terapi. WHO telah menyediakan obat MDT dalam kemasan blister pack PB dan MB untuk penderita kusta. Lamanya pengobatan penyakit kusta yaitu, PB selama 6-9 bulan sedangkan MB selama 12-18 bulan (Linuwin, 1997).
Cara Penularan Penyakit Kusta
Meskipun cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan jelas, penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta (Djuanda, 2008).
Kusta mempunyai masa inkubasi 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga beberapa bulan sampai beberapa tahun. Penularan terjadi apabila mycobacterium leprae yang solid (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Secara teoritis, penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan penderita. Yang jelas seorang penderita yang sudah minum obat sesuai dengan regimen WHO tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain (Depkes, 2005). Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung.
Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
  • Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam. 
  • Kontak kulit dengan kulit yang lama dan berulang-ulang dalam jangka 40 hari sampai 40 tahun tetapi umumnya beberapa tahun, rata-rata 2-5 tahun (Djuanda, 2008).
Pencegahan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Pengobatan kepada penderita kusta merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab (Linuwin, 1997).
Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini, yaitu:
  • Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. 
  • Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta. 
  • Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain. 
  • Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال