Proses-proses Perubahan Dari Penghayatan Hidup Tak Bermakna Menjadi Lebih Bermakna

Meneurut Bastaman (1996) dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu. Hal ini hanya merupakan konstruksi teoritis yang dalam realitas sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut (untuk mepermudah pemahaman secara menyeluruh).
Tahapan-tahapan ini dapat digolongkan menjadi lima sebagai berikut:
  1. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tampa makna)
  2. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan sikap)
  3. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penemuan tujuan- tujuan hidup)
  4. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah untuk pemenuhan makna hidup)
  5. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermaknaan, kebahagiaan)
Peristiwa tragis yang membawa kepada kondisi hidup tak bermakna dapat menimbulakan kesadaran diri (self insight) dalam diri individu akan keadaan dirinya dan membantunya untuk mengubah kondisi diri menjadi lebih baik lagi. Gejala-gejala utama penghayatan hidup tak bermakna, individu dapat merasa hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidup tak berarti, serba bosan dan apatis.
Kebosanan (boredom) adalah ketidakmampuan seseorang umtuk membangkitkan minat, sedangkan apatis (apality) merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa. Penghayaran-penghayatan tersebut menurut Frankl (1973), mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tetapi terselubung (Masked) dibalik bebrbagai upaya kopensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa (the will to power), bersenang-senang mencari kenikmatan seksual (the will to sex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya (the will to money). Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu biasanya menutupi penghayatan hidup tanpa makna.
Munculnya kesadaran diri ini dapat didorong karena berbagai macam sebab seperti perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan ibadah, belajar dari pengalaman orang lain atau memahami peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah sikap selama ini. Bersamaan dengan ini individu dapat menyadari adanya nilai-nilai kreatif, pengalaman maupun sikap yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. Atas dasar pemahaman diri dan penemuan makan hidup ini timbul perubahan sikap (changing attitude) dalam menghadapi masalah. Setelah individu berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah kerja meningkat, kemudian secara sadar melakukan keikatan diri (self commitment) untuk melakukan berbagai kegiatan terarah untuk memenuhi makan hidup yang ditemukan. Kegiatan ini biasanya berupa pengalaman bakat, kemampuan, keterampilan dan berbagai potensi positif lainya yang sebelumnya terabaikan. Bila tahap ini pada akhirnya berasil dilalui, dapat dipastikan akan menimbulkan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dengan kebahagiaan. (Bastaman,1996).
Dari gambaran diatas jelas bahwa penghayatan hidup bermakna merupakan gerbang ke arah kepuasan dan kebahagiaan hidup. Hanya dengan memenuhi makna-makna potensial yang ditawarkan oleh kehidupanlah, penghayatan hidup bermakan tercapai dengan kebahagiaan sebagai ganjarannya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال