Gangguan Tidur pada Anak

Gangguan tidur pada anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Gangguan tidur pada anak seharusnya dapat dideteksi dan dilakukan penanganan yang tepat sesuai dengan jenis gangguan yang dialami oleh anak.
Di bahwa ini adalah beberapa gangguan tidur pada anak yang sering dijumpai.
Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas (Priharjo, 2005). Insomnia bukan berarti tidak bisa tidur sama sekali. Menurut Lumbantobing (2004), insomnia ialah tidur yang tidak adekuat atau tidur yang tidak menyegarkan. Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang yang ingin tidur, misalnya karena sudah lelah, mengalami kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), sulit mempertahankan tidur, dan bangun terlalu pagi.
Insomnia dapat disebabkan karena gangguan fisik, tetapi sering juga karena gangguan mental akibat kecemasan yang meningkat atau karena gelisah (Kozier, 2003). Secara umum, insomnia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya penyakit serta rasa nyeri, keadaan lingkungan yang tidak tenang atau tidak nyaman, kelelahan, emosi tidak stabil (stress), serta penggunaan beberapa obat-obatan.
Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam pada malam hari. Hipersomnia biasanya berhubungan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegelisahan dan gangguan metabolisme (Kozier, 2005).
Klien memiliki kecenderungan untuk mudah jatuh tidur (mengantuk). Anak usia prasekolah yang sedang dirawat di rumah sakit dapat mengalami hipersomnia karena adanya masalah pada system metabolisme dalam tubuhnya atau keletihan yang sangat maupun akibat kecemasan yang dialaminya.
Parasomnia
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur anak, seperti somnambulisme (tidur berjalan), ketakutan, dan enuresis atau mengompol, (Priharjo,2005).
Parasomnia adalah kejadian yang tidak dikehendaki yang terjadi pada waktu tidur. Parasomnia merupakan sekelompok gangguan tidur yang terdiri dari fenomena fisik dan perilaku, yang terjadi terutama waktu tidur, (Lumbantobing, 2004).
Tidur berjalan (sleep walking/somnambulisme) pada anak dapat dipicu oleh beberapa keadaan seperti deprivasi (kurang tidur), demam, stres, medikasi, gangguan lain (rasa sakit, ingin buang air, atau adanya suara keras). Sedangkan beberapa anak mengalami sleep terror (terror waktu tidur; night terror; pavor nocturnus). Biasanya ditemui pada anak usia 4-12 tahun, tetapi puncaknya terjadi pada usia 5-7 tahun.
Nightmare
Nightmare adalah tidur dengan mimpi yang menakutkan. Akibat mimpinya yang menakutkan itu penderita akan terbangun dalam keadaan ketakutan. Mereka yang sering mengalami episode nightmare dalam hidupnya mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami gangguan skizofrenia, namun juga mereka ini adalah orang yang kreatif dan artistik.
Gangguan Siklus Tidur-bangun
Gangguan siklus tidur-bangun merupakan kelompok kejadian yang dapat terjadi sewaktu transisi bangun ke tidur, tidur ke bangun, atau dari stadium tidur yang satu ke stadium tidur lainnya, (Lumbantobing, 2004).
Gangguan irama atau siklus tidur bangun menggambarkan keadaan pasien yang pola irama tidurnya terganggu, waktu tidur dan bangunnya tidak sebagaimana lazimnya. Mungkin anak menjadi mengantuk dan tidur pada siang hari, sedangkan pada malam hari ia bangun dan sulit tidur. Kejadian ini dapat diikuti dengan bicara sambil tidur (somniloqui), mulai dari bunyi mengerang, kata-kata tanpa hubungan, sampai pada pidato yang panjang.
PENANGANAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK
  1. Penanganan gangguan tidur pada anak, harus dilakukan pendekatan pencarian penyebab dan mengatasi penyebabnya
  2. Penanganan gangguan tidur karena alergi makanan pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan gangguan tersebut tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.
  3. Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan.
  4. Obat-obatan simtomatis anti histamin dapat digunakan dalam keadaan yang tidak ringan dan sulit untuk diatasi dengan pendekatan biasa. Penggunaan obat sebaiknya digunakan hanya sementara dan bila sangat perlu bukan untuk digunakan jangka panjang
  5. Konsumsi obat-obatan, konsumsi susu formula yang mengklaim bisa membuat nyenyak tidur, terapi tradisional ataupun beberapa cara dan strategi untuk membuat tidur nyenyak pada anak tidak akan berhasil selama penyebab utama gangguan tidur pada anak karena alergi makanan tidak diperbaiki.
  6. Orang tua secara psikologis harus memberi perhatian dan dorongan baik langsung maupun dari sikap kita seperti menciptakan keharmonisan, menjaga hubungan antara anggota keluarga yang baik.
  7. Bagi orangtua hal penting lainnya adalah memperhatikan jadwal tidurnya.
  8. Untuk mencegah dari bahaya yang dapat terjadi sebaiknya di kamar penderita sleepwalking dihindarkan dari barang-barang yang mudah pecah dan tajam. Usahakan untuk mengunci rapat semua pintu dan jendela saat hendak tidur, dan sebaiknya menaruh kunci-kunci yang sedikit susah untuk dijangkau. Karena biasanya penderita dapat mengenali pintu dan jalan-jalan dalam rumah.
  9. Secara medis, parasomnia tidak memiliki standar cara pengobatan yang baku. Namun ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari oleh penderita, seperti porsi tidur yang kurang. Seorang anak karena asyik bermain akan melupakan tidurnya.
  10. Berbagai terapi non medis dan alternative yang biasa dilakukan adalah terapi yang dapat dilakukan seperti psikoterapi, relaksasi, hipnotis dan meditasi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال