Muka Kasihan Jadi Modal Utama, sebuah Refleksi Kehidupan Sosial

Dunia modern, memang identik dengan kemakmuran. Tetapi, jika dilihat lebih jauh, dunia modern juga identik dengan dunia yang penuh kepalsuan. Semuanya kelihatan seakan seperti mimpi. Perkembangan teknologi, melampuai beberapa generasi yang akan datang. Sehingga jika mau hidup didunia modern, anda harus mempunyai kemampuan lebih jika dibandingkan dengan kemampuan generasi-gerasi beberapa tahun lalu. Kalau tidak, anda akan menjadi penonton, bahkan menjadi korban dunia modern.
Sungguh gila, dunia modern, menawarkan sejumlah kenikmatan dan kemewahan dan juga memperlihatkan sejumlah masalah dan penderitaan. Di kota-kota besar, anda akan melihat perbedaan drastis ini. Orang kaya dengan kekayaannya, dan orang miskin yang bergelut dengan kemiskinannya.
Disamping itu, anda juga akan melihat jenis-jenis pekerjaan dan profesi baru, sebagai dampak dari dunia modern. Jumlah pekerjaan itu tidak bisa disebutkan satu persatu, yang jelas sangat banyak. Dari jenis pekerjaan dan profesi itu, tidak pernah terpikirkan puluhan tahun lalu.
Kali ini saya akan membahas salah satu pekerjaan dan profesi didunia modern. Fenomena pekerjaaan ini sebenarnya ada sejak zaman dulu, tetapi sekarang sudah mengalami matamorfosa, karena pengaruh dunia modern. Berubah dari kenyataan yang sebenarnya, menjadi sebuah kepalsuan membentuk profesi baru.
Profesi ini tidak membutuhkan modal yang banyak, bahkan dituntut orang yang menggeluti pekerjaan ini adalah orang-orang-orang yang kekurangan. Modalnya adalah modal kasihan, tetapi penghasilannya sungguh lumayan besar. Kantornya ditempat keramaian, tidak butuh keahlian khusus, yang jelas bisa menampakkan muka kasihan, anda dapat hidup dan mendapatkan penghasilan yang lumayan besar.
Cerita ini adalah sebuah kenyataan. Seorang peminta-minta di kota Medan yang sempat terekspos di media beberapa bulan lalu, ternyata tinggal disebuah hotel mewah. Bisa dibayangkan berapa penghasilan mereka dalam satu hari sehingga mampu menginap disebuah hotel. Pada bulan Januari lalu, dikota Pekanbaru, seorang anak di tangkap oleh dipersimpangan lampu merah, karena menipu. Bukan menipu dan menggelapkan sejumlah uang, tetapi menipu karena berpura-pura menjadi orang cacat, dan menjadi peminta-minta, lantas, disuatu sore, polisi yang bertugas di dekatnya melihat, anak tersebut adalah anak yang sehat, bisa berjalan tanpa kurang apapun, berbeda dengan yang diperlihatkan untuk menunjukkan muka kasihan, dengan melipat kakinya, seakan-akan dia adalah orang cacat.
Dua minggu yang lalu, di kota Batam, setelah sempat melihat disela-sela kesibukan kerja, mendapati bahwa peminta-minta yang berada di depan Panbil Mall Batam, ternyata adalah ibu-ibu yang secara fisik adalah sehat. Setelah beberapa hari mengamati mereka, faktanya bahwa ibu-ibu tersebut datang dengan menggunakan angkot sekitar jam 6 pagi dan pulang rata-rata jam 5.30 sore. Sempat saya mengira, mereka adalah memang orang yang cacat, tetapi setelah mengamati beberapa hari ternyata mereka adalah orang-orang yang sehat, tanpa kekurangan apapun secara fisik. Mereka hanya mengandalkan modal utama mereka “muka kasihan”, untuk mendapatkan  apa yang mereka inginkan. Tak bisa disalahkan, karena itu adalah profesi mereka. Dan saya berasumsi bahwa fenomena ini juga banyak terdapat di kota-kota lain.
Dampak dari dunia modern. Sungguh sangat menyusahkan mengindentifikasi yang mana nyata, yang mana palsu. Mungkin orang akan maklum jika ada polisi gadungan, atau tentara gadungan atau orang kaya gadungan. Tetapi sungguh diluar logika jika seseorang menjadi orang cacat gadungan. Ternyata menjadi orang catat di dunia modern adalah sebuah aset yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Modalnya adalah modal kasihan.
Sebuah fenomena nyata kehidupan sosial sebagai dampak dari dunia modern. Semua dapat dikomersialisasi, termasuk kekurangan sakalipun sebagai aset yang memiliki daya tawar.

Ardi al-Maqassary

"Aku melihat, diujung sana, ada setitik cahaya yang terang benderang. Akan kuraih cahaya itu, dan membagikannya kepada seluruh manusia!!!"

2 Komentar

  1. kalau dunia modern identik dengan kemakmuran maka indonesia belum makmur dong soalnya masih banyak pengemis ok ditunggu coment bactnya di link artikenya ini

    BalasHapus
  2. enaknyaaaa punya muka melas... ane cuman punya muka melet...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال