Isu lingkungan
hidup semakin menempati posisi strategis dalam pembangunan daerah. Kabupaten
Kepahiang menjadi salah satu wilayah di Provinsi Bengkulu yang menunjukkan
komitmen kuat dalam pengelolaan lingkungan. Melalui berbagai program dan
publikasi kegiatan, DLH Kepahiang (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepahiang)
menampilkan langkah-langkah nyata dalam mewujudkan tata kelola lingkungan yang
bersih, teratur, dan berkelanjutan. Salah satu indikasinya tampak pada berita
dan dokumentasi kegiatan yang mereka sampaikan secara rutin kepada masyarakat.
Konten-konten tersebut menegaskan bahwa upaya lingkungan bukan sekadar kegiatan
rutin, tetapi sebuah proses transformasi yang terencana.
Transformasi
Lingkungan Melalui Pemanfaatan Ruang Publik
Salah satu
inisiatif DLH Kepahiang yang banyak disorot adalah upaya mengubah kawasan bekas
Tempat Penampungan Sementara Sampah (TPSS) menjadi ruang publik yang lebih
bermanfaat. Lahan yang sebelumnya digunakan sebagai lokasi penumpukan sampah
kini dialihfungsikan sebagai taman bunga. Transformasi ini menunjukkan
bagaimana pengelolaan ruang dapat memberikan manfaat ekologis dan sosial secara
bersamaan.
Pemanfaatan bekas
TPSS menjadi taman bunga memiliki dua tujuan utama. Pertama, mengurangi kesan
kumuh dan potensi pencemaran dari area yang sebelumnya menjadi titik
pembuangan. Kedua, menambah ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan
permukiman. Dengan langkah tersebut, DLH Kepahiang tidak sekadar menata ulang
area, tetapi juga memperkuat kualitas estetika kota dan meningkatkan kenyamanan
masyarakat. Upaya ini sejalan dengan banyak program urban greening yang
menekankan pentingnya ruang hijau sebagai tempat interaksi sosial sekaligus
pelindung lingkungan.
Perluasan
Infrastruktur Daur Ulang dan Pengelolaan Sampah
Berita lain yang
relevan menunjukkan bahwa DLH Kepahiang merencanakan pembangunan depo sampah di
setiap kelurahan. Perencanaan ini merupakan respons terhadap meningkatnya
volume sampah dan kebutuhan untuk mendekatkan lokasi pemrosesan awal ke
sumbernya. Depo sampah berfungsi sebagai titik pengumpulan, pemilahan, dan
pengelolaan awal sebelum limbah diangkut ke fasilitas yang lebih besar.
Rencana ini
menunjukkan orientasi DLH Kepahiang terhadap konsep waste management hierarchy
yang modern: mulai dari pengurangan, pemilahan, pemanfaatan kembali, hingga
pengolahan lanjutan. Dengan adanya depo sampah yang tersebar merata, masyarakat
memiliki akses yang lebih dekat dan lebih terstruktur dalam upaya menjaga
kebersihan lingkungan. Selain itu, keberadaan depo juga dapat mendukung program
edukasi dan sosialisasi pemilahan sampah rumah tangga.
Tantangan
Operasional: Keterbatasan SDM dan Adaptasi Jadwal Pengangkutan
Salah satu tantangan yang juga dihadapi DLH Kepahiang adalah keterbatasan sumber daya manusia, terutama setelah penghapusan tenaga honorer. Kondisi ini berdampak langsung pada operasional pengangkutan sampah. Untuk menyesuaikan dengan situasi tersebut, DLH Kepahiang melakukan perubahan jadwal pengangkutan sampah di beberapa wilayah.
Perubahan jadwal
bukan hanya bentuk penyesuaian teknis, tetapi strategi manajemen operasional
untuk memastikan pelayanan kebersihan tetap berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa
institusi lingkungan hidup harus fleksibel dalam menghadapi perubahan kebijakan
nasional, kondisi anggaran, serta dinamika lapangan.
Dalam konteks
tata kelola layanan publik, langkah DLH Kepahiang ini penting agar masyarakat
tetap mendapatkan layanan kebersihan yang memadai meskipun terdapat tantangan
di balik layar. Kesigapan dalam menata ulang sistem operasional merupakan
bentuk adaptasi yang perlu diapresiasi.
Program
Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat
Selain aktivitas
fisik di lapangan, DLH Kepahiang juga aktif dalam memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Ini mencakup
ajakan memilah sampah rumah tangga, pengurangan penggunaan plastik sekali
pakai, serta pelatihan pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai.
Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi faktor kunci. Tidak ada pengelolaan
yang berhasil jika warga tidak memiliki kesadaran tinggi terhadap perilaku
ramah lingkungan. Karena itu, edukasi lingkungan tidak hanya dilakukan melalui
sosialisasi, tetapi melalui kegiatan dan pemberdayaan—seperti pembentukan bank
sampah, pelatihan pengolahan sampah organik, hingga kolaborasi dengan sekolah
dan komunitas lokal.
Pola ini
memperlihatkan pendekatan bottom-up, di mana masyarakat tidak sekadar menjadi
objek, tetapi menjadi bagian integral dari solusi.
Penutup: Wujud
Nyata Komitmen Lingkungan di Kabupaten Kepahiang
Dari berbagai
berita dan kegiatan yang dipublikasikan, terlihat jelas bahwa DLH Kepahiang
terus menunjukkan komitmen dalam membangun lingkungan yang lebih baik. Walaupun
terdapat kendala di lapangan, berbagai inovasi dan adaptasi terus dilakukan.
Transformasi
bekas TPSS menjadi taman bunga, rencana pembangunan depo sampah di kelurahan,
penyesuaian jadwal pengangkutan sampah, dan edukasi lingkungan kepada
masyarakat merupakan bukti nyata bahwa pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya
mengenai kebersihan, tetapi menyangkut peradaban, kesehatan, dan masa depan
Kepahiang.
Dengan kolaborasi
semua elemen masyarakat, DLH Kepahiang berharap membawa Kabupaten Kepahiang
menuju lingkungan yang bersih, sehat, hijau, dan berkelanjutan.
