Beginikah
Rasanya Ta’aruf? Waahh,.tau tidak apa itu ta’aruf?? Waah,.mungkin juga pembaca
sudah ada yang pernah mengalaminya atau mungkin ada yang akan berta’aruf dalam
waktu dekat. Tulisan kecil ini milik
Murobbi (guru ngaji) saya yang ditulis beliau 6 November 2012 lalu dan
sebenarnya tulisan ini diambil dari kisah saya sendiri, yakni ketika saya sudah
menjalani ta’aruf (bulan november 2012) dengan seorang lelaki pilihan Allah
yang telah Allah takdirkan untuk saya menjadi imam didunia hingga akhirat
kelak.InsyaAllah. Semoga bermanfaat untuk yang akan atau yang sudah menjalani
ta’aruf J
*********
Tulisan
ini terinspirasi dari percakapan ringan dengan teman yang baru saja
melangsungkan proses ta’aruf sore kemaren (04/11/12). Cengkrama kecil yang
menggelikan tapi bermakna insyaallah.
Menjelang
tidur terdamparlah tangan menggenggam HP, teringat teman yang ta’aruf, HP yang
tak kurang 3xsehari jatuh dari genggaman, saku atau tas kerjaku. Udah kayak
minum obat aja, eum mungkin kalau bisa ngomong dan menjerit udah dilakukannya,
trus kalau ada daging mungkin dah bengkak-bengkak, wowowowow... kasihan HP
jelekku, jelek-jelek gitu banyak jasa lho, gak akan lupa tuanmu samamu HP.
Jika
aku bisa menggantikan otakmu, sudah kurakit engkau menjadi blackberry oh Hpku.
Jika aku bisa mengganti kornea matamu, sudah ku acak-acak menjadi screan ipad.
Jika aku bisa mengganti telingamu, sudah kutempel anting-anting speacker
munasah. Oh Hpku tersayang, sebentar lagi kau akan melayang. Oalah, ngawur
yah...kembali pada Ta’aruf, lupaka saja HP karena ia sudah masuk bengkel.
Ta’aruf
seperti menyibah bunga diantara daun, adakah bunga yang tampak indah adanya,
adakah bunga mau menerima kumbang. Ta’aruf hanya sebuah ritual yang dapat
diartikan berbeda-beda, ada yang ta’arufnya bertahun lamanya, adapula yang
ta’aruf belasan tahun, adapula yang cuma beberapa menit saja, ada pula yang
beberapa detik. Ya, itulah pendefinisian yang berbeda-beda adanya, nyata loh
itu, gak boongan. Tinggal lih dipilih yang mana yang diinginkan, lih dipilih,
dipilih dipiliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih, mang obral.
Ta’aruf
dilakukan untuk mengenal, dalam makna harfiyah jelas bahwa ta’aruf itu mengenal
atau perkenalan. Ta’aruf tidak dilakukan oleh dua orang yang bisa bergandeng
tangan, yang bisa mengatakan ‘ILU forever sayang’, yang berangan untuk bisa
bersamanya. Tapi ta’aruf yang baik antara dua orang yang dihadiri wali tanpa
ada acara nonton bareng yuk, makan bareng yuk, nikah yuk (modal dikit mau dapet
banyak). Ta’aruf itu mahal, bukan barang obralan. Nantikan kisah ini pada part
selanjutnya. Dari tadi gak ada seriusnya ya, ehem...kita coba serius.
Ta’aruf
untuk mewujudkan sakinah mawaddah warahmah, tidak dengan rentetan pertanyaan
yang tak jua mungkin bisa dijawab oleh orang yang kita baru kenal, bahkan
seorang pacar sekalipun dia berusaha menunjukkan kesempurnaan dihadapan
pasangannya, sedang ta’aruf begitu natural, begitu bertemu dengan wali dan
mahram, begitu diberi kesempatan untuk mengutarakan maksud hati, sontak
lidahpun kelu hendak berkata, yang tadinya bawa pertanyaan sekoper gak jadi
diutarakan, bahkan satu katapun tak terucap, hanya ada sunggingan senyum yang
tak tau bagaimana mendefinisikan rasa. Pertanyaan sekoper ternyata dikalahkan
oleh istikharah dan musyawarah, sebaik-baik istikharah adalah yang diiringi
dengan musyawarah.
Apakah
semudah itu jatuh cinta dalam ta’aruf? Cinta bisa diukir hati bila Allah telah
dilibatkan dalam menata langkah, tidak mengetahui siapa dia bukan menjadi
penghalang bagi langkah tegap maju jalan, malah menjadi sebuah pemicu untuk
menjadi lebih meningkatkan kualitas cinta ketika benar ia menjadi pendamping
hidup, sedang tak akan larut dalam kegalauan mendalam saat tak jadi
dipersunting atau menyuntingnya.tau mengapa? Karena cinta disana suci tidak terkotori
oleh racun dunia.
Kita
sebagai ummat muhammad dibekali untuk melihat ketampanan, harta, keturunan dan
agama. Agama ini indah, suatu yang utama tidak diletakkan diawal, tapi
diletakkan diakhir, pilihan berdasarkan agama akan menutupi segala kriteria
yang ada sebelumnya, karena agama ini sempurna.
Innaddina
‘indallahil islam....
Agama
sebagai bentuk representatif dari segala karakter. Jikalah agama diletakkan
diawal maka tidak akan berlaku kriteria yang lainnya. Ingat, tampan itu relatif
tapi juga harus tau jelek itu mutlak, tapi gak ada yang jelek kok ciptaan
Allah, barang siapa menghina ciptaan-Nya maka iapun sedang mengolok-olok
Tuhannya, disentil Tuhan baru tau rasa ntar. Trus, kaya itu relatif, tapi
miskin itu..... miskin itu akan dicukupkan dengan menikah.
“maka
nikahkanlah laki-laki yang sendiri diantara kalian, jika dia miskin maka akan
Allah tambahkan rezekinya...”
Pernikahan
dengan harapan sakinah mawaddah warahmah, pernikahan yang tak hanya bisa
merasakan bahagia tapi bisa merangkul segala liku yang menjadi warna dalam
kehidupan, warna ini yang akan menambah kecintaan. Warna ini yang akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas cinta, kenapa demikian karena semuanya
natural tidak ada yang disembunyikan.
Nah
loh kok udah bahas bab munakahad, ta’aruf aja belum selesai. Kembali ke proses
ta’aruf. Pertanyaan sekoper yang udah disiapin,gak masalah, tinggal diutarakan
dihari-hari bersamanya, ingat hari-hari pernikahan bukan hari-hari indah, tapi
hari penuh ujian namun menyenangkan, full barokah dan full ibadah.
Ta’aruf
yang terjaga adalah awalnya, tanyalah hal penting bukan hal yang dianggap
penting, tanyalah dan tampillah apa adanya bukan adanya apa, tanyalah apa yang
ingin engkau tau tapi bukan malu-maluin yah, optimalisasi waktu agar terjaga
jalinan sucinya. Ta’aruf itu indah dengan bismillah, cukup beberapa detik
engkau akan merasa pilihanmu telah jatuh padanya.
Berikut
cerita temanku tadi pada Hpku yang masuk bengkel.
“Gak
banyak sih yang mau ditanya, tapi kelu bibirku, cuma satu pertanyaan tapi tak
terucap, wah benar-benar mendebarkan, deg deg an aku, suaranya begitu lembut,
ternyata aku dan dia sama-sama pemalu, jadi deg deg an banget, pas giliranku
yang berucap, dia menundukkan pandangannya”.
Kapan
khitbah?
“khitbah
dalam waktu dekat, lagi nyiapin tekhnisnya gimana”
Subhanallah,
ikut senang, kapan walimahan?
“insyaallah
akhir november kalau gak awal desember”
Pengen
gak sih begitu? Apa semudah itu menikah? Ni part 3 ni.
Wah
kok saya yang nulis jadi ikut-ikutan deg deg an yah?
Nah
ta’arufan itu meminimalisir perpecahan, jika Allah gariskan ia menjadi jodoh
maka perjalanan sedang dirakit indah, jika Allah gariskan ia bukan jodoh maka
tak akan ada caci maki.bertemu karena Allah berpisahpun karena Allah.
Wallahu’alam.
terinspirasi
ta’aruf singkat seseorang, semoga full barokah dan semoga Allah satukan kalian
dalam sakinah mawaddah warahmah’;
**
didedikasikan untuk para perindu bidadari dan pangerannya, semoga full barokah
menemukannya dan semoga sabar dalam penantian menjemput bidadari dan menantikan
sang pangeran”-
Thanks
for U Murobbiku
Tags
Islam