Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali
antigen ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang
disebut antibodi. Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi
tidak terlalu kuat karena tubuh belum mempunyai pengalaman terhadap antigen
yang masuk, tetapi pada reaksi yang kedua, ketiga dan seterusnya, tubuh sudah
mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibody
terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak, itulah
sebabnya pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan
tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan
pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut atau seandainya
terkenapun tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Badan Litbangkes, 2008).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada
seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu. Imunisasi
merupakan upaya untuk mencegah penyakit lewat peningkatan kekebalan tubuh
seseorang (Badan Litbangkes, 2008).
Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan
yang paling efektif untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B. Word Health Organization (WHO) melalui program The Expanded Program on Immunisation (EPI) merekomendasikan
pemberian vaksinasi terhadap 7 jenis antigen penyakit sebagai imunisasi rutin
di Negara berkembang, yaitu BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
Imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri contohnya imunisasi hepatitis B, sedangkan
imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi
dalam tubuh meningkat contohnya peningkatan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang
yang mengalami luka kecelakaan, contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru
lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari Ibunya
terhadap campak (Depkes RI, 2004).
Data statistik menunjukkan makin banyak
penyakit menular bermunculan dan senantiasa mengancam kesehatan. Setiap tahun
di seluruh dunia ratusan ibu, anak – anak dan dewasa meninggal karena penyakit
yang sebenarnya masih dapat dicegah, hal ini dikarenakan kurangnya informasi
tentang pentingnya imunisasi. Bayi – bayi yang baru lahir, anak – anak usia
muda yang bersekolah dan orang dewasa sama – sama memiliki resiko terserang
penyakit – penyakit menular yang mematikan seperti, hepatitis B, dipteri,
tetanus, thypus, radang selaput otak dan masih banyak penyakit lainnya yang
sewaktu – waktu muncul dan mematikan, untuk itu salah satunya pencegahan yang
terbaik dan sangat vital agar bayi –bayi tersebut terlindungi hanya dengan
melakukan imunisasi (Khalidatnnur & Masriati, 2007).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang
efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan upaya preventif yang
mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak
yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat
bertahan dan kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan dalam program
imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan
hepatitis B (Mirzal, 2008).
Imunisasi hepatitis B pada bayi adalah upaya
memberikan stimulan kepada tubuh agar secara efektif membentuk antibody terhadap
virus hepatitis B (anti–HBs). Program imunisasi hepatitis B dapat berkontribusi
menurunkan angka kesakitan dan kematian
sebesar 80 -90% (Idwar, 2000).
Program imunisasi Hepatitis
B di Indonesia
Imunisasi hepatitis B pada individu
dimaksudkan agar individu membetuk
antibodi yang ditunjukan untuk mencegah
infeksi oleh virus hepatitis B. Tujuan utama pemberian imunisasi
hepatitis B yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh infeksi hepatitis B dan manifestasinya, secara tidak langsung menurunkan
angka kesakitan dan kematian karena kanker hati dan pengerasan hati (Depkes RI
2000).
Pemberian imunisasi hepatitis B sesuai dengan
jadwal imunisasi rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2000
berdasarkan status HBsAg pada saat ibu melahirkan. Bayi yang dilahirkan dari
Ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui, diberikan vaksin rekombinan (HB
Vax-II 5μg atau engerix B 10 μg) atau
vaksin plasma derived 10 mg secara
intra muscular dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosisi kedua diberikan pada
umur 1-2 bulan dosisi ketiga diberikan pada umur 6 bulan. Apabila pada
pemeriksaan selanjutnya diketahui HBsAg ibu positif diberikan segera 0,5 HBIF sebelum usia anak satu
minggu. Bayi baru lahir dari Ibu HBsAg positif dalam waktu 12 jam setelah lahir
dberikan 0,5 ml BIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular disisi
tubuh yang berlalinan. Dosisi kedua di berika 1-2 bulan sesudahnya dan dosisi
ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dengan HBsAg negatif diberikan vaksin
rekombinan (HB Vax-II dengan dosisi minimal 2,5 μg atau engerix B 10μg, vaksin plasma
derived dengan dosisi 10μg intar
muscular saat lahir sampai 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan dan dosisi
ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Adapun jadwal pelaksanaan
program imunisasi nasiaonal adalah sebagai berikut.
Tabel Jadwal
Pelaksanaan Program Imunisasi Nasional
Umur
|
Vaksin
|
Tempat
|
Bayi
lahir dirumah
|
||
0
Bulan (0-7 hari)
|
HB1
|
Dirumah
|
1
Bulan
|
BCG
|
Posyandu
|
2
Bulan
|
HB2
|
Posyandu
|
3
Bulan
|
HB2,
DPT1, Polio1
|
Posyandu
|
4
Bulan
|
HB3,
DPT2. Polio2
|
Posyandu
|
9
Bulan
|
Campak
dan Polio 4
|
Posyandu
|
Bayi lahir di RS/Bidan praktek
|
||
0
Bulan (0-7hari)
|
HB1,
Polio1, BCG
|
RS/Bidan
Praktek
|
2
Bulan
|
HB2,
DPT1, Polio 2
|
Posyandu
|
3
Bulan
|
HB3,
DPT2, Polio 3
|
Posyandu
|
4
Bulan
|
DPT3,
Polio 4
|
Posyandu
|
9
Bulan
|
Campak
|
Posyandu
|
Sumber
: Depkes RI