Kesulitan Makan pada Anak

Masalah kesulitan makan pada anak umumnya adalah masalah kesulitan dan gangguan makan. Hal ini penting diperhatikan karena dapat menghambat tumbuh kembang optimal pada anak. Tujuan memberi makan pada anak diantaranya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup dalam kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit, untuk aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Pelaksanaannya ternyata seringkali timbul kesulitan makan anak yaitu kurangnya nafsu makan anak karena kesulitan makan pada balita (Santoso, 2009).
Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan menolak makanan tertentu (Santoso, 2009). Gangguan kesulitan makan pada anak sering kita jumpai pada masyarakat awam yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak. Masyarakat awam masih banyak yang belum memahami pentingnya nutrisi pada anak (Hidayat, 2005).
Kesulitan makan adalah suatu gejala dari berbagai penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Kesulitan makan bukan merupakan suatu bentuk diagnosis atau penyakit tersendiri. Definisi kesulitan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Judarwanto, 2005).
Gejala Kesulitan Makan pada Anak
Menurut Maulana (2007) menyatakan bahwa gejala kesulitan makan pada abak diantaranya adalah:
  1. Kesulitan menguyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makan makanan lunak atau cair
  2. Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak
  3. Makan berlama-lama dan memainkan makanan
  4. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat
  5. Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis suapan
  6. Tidak banyak menyukai variasi makanan
  7. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Makan pada Anak
Suatu masalah pasti dipengaruhi oleh beberapa hal. Termasuk juga kesulitan makan pada balita juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesulitan makan yaitu faktor organik, faktor nutrisi dan faktor psikologi (Zaviera, 2008).
Faktor organik
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan di mulut, mengunyah, dan menelan. Kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperan dalam proses makan tersebut. Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan menelan yang dilakukan oleh otot lainnya di sekitar mulut.
Proses makan melibatkan berbagai organ tubuh turut berperan mulai dari unsur-unsur pada rongga mulut (bibir, gigi geligi, palatum dan lidah) sampai ke usus yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting dalam gangguan proses makan di mulut. Jika terdapat gangguan saluran cerna maka hal itu akan mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat, sehingga terjadi gangguan fungsi susunan saraf pusat.
Gangguan fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar pada mulut. Berbagai kelainan atau penyakit pada organ-organ tersebut pada umumnnya akan mengakibatkan gangguan yang menyebabkan gangguan makan. Gangguan bisa berupa berupa saat anak mengalami sariawan, sakit tenggorokan atau adanya penyakit di organ pencernaan.
Faktor nutrisi
Balita merupakan golongan konsumen semipasif atau semiaktif sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih bergantung pada orang lain, khususnya ibu atau pengasuhnya. Perlu diketahui saat ini terjadi perubahan pola makan dari makanan bayi ke dewasa. Pengetahuan ibu dalam kemampuan menentukan jenis harus jumlah makanan yang diberikan kepada anak harus sesuai perkembangan usianya. Ketepatan jenis dan jumlah makanan sangat menentukan pemenuhan gizi pada balita.
Faktor psikologi
Seringkali terjadi kelainan psikologi disebabkan kekeliruan pengelolaan orang tua dalam hal mengatur makan anaknya. Ada orang tua yang bersikap terlalu melindungi dan ada orang tua yang terlalu memaksakan anaknya makan terlalu banyak melebihi keperluan anak. Keadaan saat anak jauh dari ibunya dan perasaan takut berlebihan pada makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan. Sikap suka memaksakan makanan menyebabkan bayi atau anak merasakan proses makan sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini berakibat menimbulkan sikap anti terhadap makanan. Sikap yang terlalu obsesif dan overprotektif akan berakibat negatif pada anak (Santoso, 2009).
Sifat yang menonjol pada balita adalah rasa ingin tahu segala hal di sekitarnya. Sifat ini menyebabkan perhatian terhadap makanan berkurang dan sering kali menolak diberi makan. Perilaku makan yang sering tampak adalah membiarkan makanan tetap dalam mulut tapi tidak dikunyah, melepeh, atau justru lebih menyukai makanan yang cair atau yang diminum agar lekas habis (proses makan lebih cepat selesai).
Bentuk Kesulitan Makan pada Anak
Balita yang mengalami kesulitan makan umumnya menunjukkan sikap-sikap tertentu. Balita tersebut mungkin menunjukkan sikap yang memperlihatkan salah satu dari bentuk kesulitan makan.
Beberapa bentuk kesulitan makan adalah psikogenik anoreksia, dawling dan menolak untuk menguyah makanan (Maulana, 2008):
Psikogenik anoreksia
Psikogenik anoreksia adalah berkurangnya nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologis. Hal ini perlu dibedakan dengan anoreksia yang disebabkan oleh adanya penyakit organik. Berkurangnya nafsu makan yang disebabkan oleh penyakit organik biasanya timbul mendadak dan pada seluruh makanan.
Dawling
Dawling adalah makan dengan cara lambat sekali yang disebabkan karena faktor psikologis dan bukan faktor bawaan. Biasanya anak akan membiarkan makanan dalam mulut tanpa dikunyah. Makanan akan dibiarkan tetap dalam mulut sekalipun dikunyah akan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Menolak untuk Menguyah Makanan
Balita sering kali menunjukkan sifat menolak makan. Sesekalinya balita mau membuka mulutnya makanan tersebut tidak dikunyah, namun hanya didiamkan didalam mulut. Makanan yang sudah dimasukkan dalam mulut enggan untuk dikunyah hanya didiamkan dalam mulut, bahkan makanan yang sudah ditelan dikeluarkan kembali lewat mulut setelah adanya usaha untuk mengeluarkannya.
Dampak Kesulitan Makan pada Anak
Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat kesulitan makan bermacam-macam. Salah satu yang dapat ditimbulkan adalah kekurangan kalori dan protein, yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan atau gagal tumbuh. Tampilan klinisnya adalah terjadi gangguan dalam peningkatan berat badan, bahkan terjadi kecenderungan berat badan tetap dalam keadaan yang cukup lama. Normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun, namun pada anak yang sulit makan peningkatan berat badan itu sulit ditempuh. Kesulitan makan pada anak banyak mengakibatkan dampak negatif (Maulana, 2007).
Dampak dari kesulitan makan mengakibatkan beberapa hal yang berkaitan dengan kekurangan gizi. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Akibat kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan, akibat lain adalah terjadinya penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian (Soekirman, 2000).
Waryana (2010) menyatakan bahwa beberapa dampak yang bisa diakibatkan karena kesulitan makan pada balita yaitu sebagai berikut:
Kekurangan Gizi
Kesulitan makan pada anak yang berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat dan beberapa vitamin dan mineral. Kekurangan beberapa zat gizi tersebut akan membuat anak jatuh dalam keadaan Kurang Kalori Protein (KKP). KKP merupakan penyakit gangguan gizi yang cukup sering di Indonesia. Di Indonesia angka kejadiannya cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun. Untuk menentukan klasifikasi berat ringannya kurang kalori protein (KKP) dapat menggunakan beberapa cara, yang paling sering digunakan dan cukup mudah adalah dengan melihat berat badan dan umur anak disesuaiakan dengan grafik Kartu Menuju Sehat (KMS).
Menurunnya Daya Intelegensi
Anak usia 1-5 tahun merupakan usia yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel–sel otak. Secara garis besar ada tiga jenis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, salah satunya adalah pertumbuhan fisik biomedik otak. Faktor fisik biomedis otak memerlukan peran penting nutrisi. Nutrisi ini akan terkandung di dalam makanan. Makanan dengan kualitas kadar gizi dan kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang optimal. Kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak anak, sehingga anak berkurang daya kecerdasannya.
Menurunnya daya ketahanan anak
Tubuh anak terdapat suatu zat yang berfungsi untuk menjaga ketahanan tubuh anak dari berbagai penyakit. Zat-zat tersebut akan diproduksi dengan baik pada kondisi kecukupan gizi. Balita yang kekurangan zat gizi maka akan menjadi rentan terhadap serangan penyakit oleh karena menurunnya daya imunitas anak.
Upaya Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak
Kesulitan makan pada balita jelas berakibat akan mempengaruhi terhadap keadaan gizi seorang anak. Perlu diusahakan upaya untuk mengatasi kesulitan makan agar tidak terjadi efek yang buruk dari kesulitan makan tersebut. Upaya tersebut meliputi menghilangkan penyebab kesulitan makan tersebut, pengobatan, dan cara-cara lainnya. Secara garis besar upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan makan pada balita adalah upaya dietik dan upaya psikologis (Santoso, 2009).
Upaya dietik
Upaya ini berhubungan dengan pengaturan makanan yaitu merancang makanan. Adapun faktor–faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan makanan yaitu, umur dan berat badan anak, keadaan penyakit anak, keadaan alat penerima (mulut, gigi geligi, usus dan sebagainya), kebiasaan makan, selera, kesukaan, aneka ragam atau variasi hidangan, penerimaan dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan.
Bantuan seorang ahli gizi dapat membantu untuk merancang makanan anak yang memenuhi persyaratan dengan memperhatikan jumlah kebutuhan anak. Setiap nutrien disesuaikan dengan daftar kebutuhan nutrien dan jumlah makanan. Jenis bahan makanan yang akan dipilih untuk menentukan nutrien yang diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi. Bentuk makanan yang akan diberikan bisa dengan kreiteria khusus yaitu dalam bentuk biasa, lunak, saring atau cair. jadwal waktu makan dalam sehari dan cara pemberian makanan dengan cara biasa atau memakai alat juga bisa ditentukan.
Upaya psikologis
Hubungan emosional antara anak dan ibu hendaknya baik. Ibu perlu sabar, tenang, dan tekun. Adakan suasana yang menyenangkan untuk anak. Berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik serta cukup makan. Gunakan alat makan yang menarik, disukai anak, dan sesuai dengan kondisi anak sehingga memudahkan anak untuk makan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال