Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab kelainan mukosa pada rongga mulut karena bahan-bahan yang terdapat dalam rokok bersifat merangsang infeksi mukosa. Merokok dapat memperlambat penyembuhan luka. Dry socket terjadi empat kali lebih banyak pada perokok daripada bukan perokok.
Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan. Artinya, makin banyak rokok yang dihisap, makin lama kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar dan nikotin yang dihisap, makin dalam seseorang menghisap rokoknya, maka semakin tinggi efek perusakan yang akan diterima orang tersebut.
Menurut Smet ada tiga tipe perilaku merokok menurut banyaknya rokok yang dihisap yaitu perokok berat menghisap rokok lebih dari 15 batang dalam sehari, perokok sedang menghisap rokok 5-14 batang dalam sehari, dan perokok ringan menghisap rokok 1-4 batang dalam sehari.
Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok. Rokok yang dihisap dengan tarikan berat dan panjang akan menghasilkan lebih banyak asap rokok dibandingkan dengan rokok yang dihisap dengan tarikan pelan dan tiupan cepat. Temperatur rokok pada bibir adalah 300C, sedangkan ujung rokok yang terbakar jauh lebih panas karena ditandai dengan bara api pada ujung yang dibakar. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob dapat mengakibatkan perokok berisiko lebih besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang bukan perokok.
Pengaruh asap rokok secara langsung adalah iritasi terhadap gusi dan secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin yang sudah masuk melalui aliran darah dan ludah, jaringan pendukung gigi yang sehat seperti gusi, selaput gigi, semen gigi dan tulang tempat tertanamnya gigi menjadi rusak karena terganggunya fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dapat merangsang tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat di sekitarnya.
Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan berkurang kekenyalannya. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan berkurangnya aliran darah di gusi sehingga meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi. Nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar.
Pada perokok terdapat penurunan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang terdapat di dalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap perubahan di sekitarnya juga terhadap infeksi. Jumlah rokok yang dihisap lebih penting daripada lamanya merokok karena menunjukkan keretanan individu terhadap suatu penyakit.
Beberapa dampak negatif merokok terhadap mukosa mulut adalah kanker rongga mulut, leukoplakia, stomatitis nikotin, keratosis rokok, smoker’s melanosis, fibrosis submukosa, dan hairy tongue. Salah satunya adalah smoker’s melanosis.
“Melanosis gingiva” pigmentasi melanosis biasanya terjadi pada golongan etnis kulit hitam. Melanin adalah pigmen yang memberikan warna pada kulit, mata dan rambut. Melanin diproduksi secara khusus oleh melanosomes yang disintesa oleh sel khusus yang tinggi disebut melanocytes. Melanin pada setiap etnik atau ras mempunyai perbedaan. Pada orang kulit putih mempunyai lebih sedikit melanin dan melanosomes dibandingkan dengan orang kulit gelap. Pigmentasi terjadi karena sintesa melanin dan perpindahan melanin dari melanosomes ke keratinocytes. Pigmentasi yang terjadi dihubungkan dengan medikasi kemoterapi yang menggunakan obat doxorubicin, busulfan, cyclophosphamide atau 5-fluorouracil. Pada pasien AIDS yang menggunakan zidovudine (AZT), clofazimine atau ketoconazolc dapat meningkatkan pigmentasi melanin.
Smoker’s melanosis
Para peneliti telah menemukan bahwa adanya peranan pigmentasi melanin diakumulasi oleh macam-macam obat seperti nikotin (bahan campuran polyacylic) yang terkandung dalam sebatang rokok. Ketika nikotin berperan dalam afinitas melanin di rambut, juga berperan dalam afinitas melanin yang terdapat pada kulit dan jaringan lainnya (seperti mukosa mulut). Nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok akan menstimulasi secara langsung melanocytes untuk meproduksi melanosomes, dimana akan menghasilkan peningkatan endapan pigmen melanin pada basil melanosis dengan berbagai macam jumlah takaran melanin.
Melanosis rongga mulut terjadi pengendapan melanin dalam lapisan sel basal pasa lapisan epitelium mukosa mulut . Pigmentasi melanin pada membran mukosa mulut secara normal dilihat mengelilingi daerah mukosa.Melanosis rongga mulut adalah suatu lesi yang bersifat reversibel, dapat hilang apabila menghentikan kebiasaan merokok.
Smoker melanosis yang terjadi pada golongan etnis kulit hitam maupun kulit putih, dimana meningkatnya pigmentasi yang berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok ( banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan cara seseorang menghisap rokok). Pigmentasi gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau. Adanya hipotesis yang didapatkan bahwa kemungkinan nikotin menstimulasi aktivitas melanosit dan produksi melanin atau berhubungan dengan ikatan melanin yang berbahaya pada rokok tembakau.
Gambaran klinis yang terlihat pada smokerr’s melanosis adalah menunjukkan bercak coklat difus yang ukurannya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa pipi. Pada perokok pipa menunjukkan pigmentasi pada mukosa bukal. Pada beberapa orang menggunakan rokok seperti rokok putih yang ditempatkan pada kavitas mulut, akan menunjukkan pigmentasi pada palatum keras. Lesi ini tidak mempunyai symptom, perubahan yang terjadi tidak menunjukkan premalignat.
Gigi pada smoker’s melanosis menunjukkan berwarna coklat muda sampai coklat tua dan disertai dengan halitosis menyertai keadaan tersebut disebabkan oleh adanya perubahan aliran darah dan pengurangan pengeluaran ludah mengakibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob. Smoker’s melanosis biasanya terjadi pada Ras Kaukasian yang menunjukkan prevalensi 31% pada gingiva cekat.
Diagnosa banding dari Smoker’s melanosis adalah Addison Disease ,Albright Syndrome, Hemochromatosis, Neurofibromatosis, Oral Malignant Melanoma, Oral Nevi.
Perawatan yang dilakukan adalah menyuruh pasien untuk berhenti merokok karena alasan kesehatan. Berhenti merokok biasanya menunjukkan hilangnya melanosis selama beberapa periode sampai beberapa tahun. Program berhenti merokok dengan konsultasi dan dibantu oleh lingkungan keluarga akan memberikan keuntungan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال