Pengertian Anak Usia Sekolah

Pengertian anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia duabelas tahun. Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik (Untario, 2004).
Selanjutnya seorang anak mulai bersekolah dimana ia akan memperoleh pendidikan secara formal dari guru/pengajar/pendidik. Sekolah adalah tempat sesudah keluarga dimana anak akan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu sekolah merupakan lembaga yang sangat penting didalam pembentukan kepribadian anak dan menentukan mutu anak tersebut dikemudian hari. Menurut Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008) masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau duabelas tahun.
Usia sekolah ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai masa sekolah oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal, tetapi bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa matang untuk belajar karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, sedangkan disebut masa matang untuk sekolah karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya dan anak sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan dari sekolah.
Masa usia sekolah dianggap oleh Suryabrata (2008) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar. Kesukaran penentuan ketepatan umur matang untuk masuk sekolah dasar disebabkan kematangan itu tidak hanya ditentukan oleh umur semata, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Defenisi-defenisi yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli di atas, jika disimpulkan mengatakan bahwa usia sekolah adalah usia yang sangat penting dalam perjalanan hidup anak, karena usia inilah pertama sekali anak diperkenalkan dengan dunia pendidikan formal, dimana dalam pendidikan formal anak sudah dituntut mampu menerapkan intelektualnya. Dalam masa ini juga anak mengalami pertumbuhan fisik serta perkembangan emosional dan sosial, anak senang berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan sosialisasi. Rentang umur usia sekolah antara enam sampai dua belas tahun sesuai dengan pendapat Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008).
Sekolah berperan sebagai agens untuk mentransmisikan nilai-nilai masyarakat pada setiap generasi selanjutnya dan mengatur berbagai hubungan dengan teman sebaya. Sebagai agens sosialisasi kedua setelah keluarga, sekolah memberikan pengaruh besar pada perkembangan sosial anak.
Masuk sekolah menyebabkan terputusnya struktur dunia anak. Bagi sebagian besar anak, masuk sekolah merupakan pengalaman pertama mereka untuk menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang dipaksakan oleh orang dewasa selain orang tua dan yang memiliki tanggung jawab terhadap banyak anak secara konstan mengawasi anak per individu. Anak ingin pergi ke sekolah dan biasanya menyesuaikan diri terhadap kondisi yang baru dengan sedikit kesulitan. Penyesuaian yang berhasil secara langsung berhubungan dengan kematangan fisik dan emosional anak, dan kesiapan orangtua dalam menerima perpisahan karena anak sudah masuk sekolah. Selain itu sebagian besar anak telah memiliki pengalaman dari perawatan sehari-hari, pengalaman prasekolah (mis, playgroup dan taman kanak-kanak).
Guru dalam hal ini memfasilitasi transisi dari rumah ke sekolah, guru harus memiliki karakteristik kepribadian yang memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan anak yang lebih kecil. Guru seperti halnya orangtua, memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional anak. Walaupun fungsi guru dan orangtua berbeda, keduanya memberikan batasan perilaku dan keduanya berada pada posisi untuk menguatkan standar perilaku. Namun, tanggung jawab utama guru adalah menstimulasi dan membimbing perkembangan intelektual anak, dan bukan memberikan kesejahteraan fisik anak diluar lingkungan sekolah. Guru bersama-sama orangtua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak. Guru yang membuat pernyataan pendukung yang meyakinkan atau memuji anak menggunakan pernyataan yang dapt diterima dan jelas yang membantu anak memperhalus ide dan perasaanya, serta memberikan bimbingan yang membantu anak mecahkan masalahnya sendiri untuk memperluas dan mengembangkan konsep diri positif pada anak usia sekolah (Wong, 2008).
Orangtua sama-sama bertanggung jawab untuk membantu anak memperoleh petensi maksimalnya. Menanamkan tanggung jawab merupakan tujuan dari bantuan orangtua. Bertanggung jawab terhadap tugas sekolah mambantu anak belajar menepati janji, memenuhi tenggang waktu, dan berhasil dipekerjaannya saat ia menjadi orang dewasa. Istilah latchkey children digunakan untuk menggambarkan anak usia sekolah dasar yang ditinggalkan untuk merawat dirinya sendiri sebelum atau sesudah sekolah tanpa pengawasan orang dewasa.
Meningkatnya orangtua tunggal dan ibu bekerja, bersamaan dengan kurangnya perawatan anak yang memadai, telah menyebabkan kondisi yang mencetuskan stres pada anak sekolah. Tanpa pengawasan orang dewasa yang adekuat setelah pulang sekolah menyebabkan anak berisiko tinggi terhadap cedera dan perilaku yang nakal. Latchkey children lebih merasa kesepian, terisolasi, dan lebih penakut daripada anak-anak yang memiliki seseorang yang merawat mereka. Untuk menangani rasa takut dan ansietas ketika sendirian, anak-anak ini dapat menggunakan strategi seperti bersembunyi, menyalakan televisi dengan suara keras, atau bermain dengan binatang peliharaan sebagai sesuatu yang membuat nyaman (Wong, 2008).

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال