Penanganan Sirosis Hepatis

Penanganan sirosis hepatis hanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai contoh antacid diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel – sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasinodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi.
Etiologi untuk sirosis hepatis antara lain virus hepatitis (B, C, dan D), alkohol, kelainan metabolic seperti hemakhomatosis (kelebihan beban besi), penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga), kolestasis, sumbatan saluran vena hepatica, sindroma Budd-Chiari, payah jantung, gangguan imunitas (hepatitis lupoid), toksin dan obat-obatan(misalnya: metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain), operasi pintas usus pada obesitas, kriptogenik, malnutrisi, Indian Childhood Cirrhosis.
Pemberian preparat diuretik yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini terdapat, dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang akan terjadi pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian esensial dalam penanganan sirosis bersama – sama upaya untuk menghindari penggunaan alkohol yang selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati sirotiktidak dapat diputar balik, perkembangan keadaan ini masih dapat dihentikan/ diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa cholchicine yang merupakan preparat anti inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat memperpanjang kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga sedang (Suzanne & Bare, 2001).
Untuk penanganan umum dari sirosis hepatis antara lain:
  1. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, acites dan demam. 
  2. Diet rendah protein (diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2000 kalori). Bilaada acites diberikan rendah garam II (600-800 mg) atau III (1000-2000 mg). Bila prosestidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori (2000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125g/hari). Bila ada tanda-tanda pre koma hepatikum, jumlah protein dalam makanandihentikan (diet hati I) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuaitoleransi dan kebutuhan tubuh. Diet yang baik dengan protein yang cukup perludiperhatikan. 
  3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik. Diusahakan memakai obat-obatan yang jelastidak hepatotoksik. 
  4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantaicabang dan glukosa. 
  5. Roboransia. Vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yangmengandung alkohol.
Untuk penatalaksanaan asites dan edema sebagai berikut:
  1. Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg per hari). 
  2. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan obat diuretik berupaspironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bilasetelah 3-4 hari tidak terdapat perubahan. 
  3. Bila terjadi asites refrakter dilakukan terapi parasentesis. 
  4. Pengendalian cairan asites

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال