Anemia Penyakit Kronis

Anemia termasuk penyakit kronis. Anemia penyakit kronis merupakan salah salah bentuk gangguan karena adanya defisiensi zat dalam tubuh. Anemia sering dijumpai pada pasien – pasien dengan penyakit inflamasi akut atau kronis, insufisiensi ginjal dan hipotiroid. Pada kondisi – kondisi tersebut terjadi kegagalan rangsangan eritropoetin terhadap sumsum tulang. Kadar eritropoetin di dalam serum meskipun tidak menurun di bawah kadar basal, tidak meningkat sesuai dengan derajat anemia. Respon proliferatif normal sumsum tulang terhadap anemia dipengaruhi oleh respon eritropoetin, rangsangan terhadap sumsum tulang dan zat besi yang cukup. Penurunan hemoglobin di bawah 12 gr/dl akan merangsang peningkatan produksi eritropoetin.
Eritropoetin adalah faktor utama yang dapat merangsang peningkatan produksi eritrosit, yaitu suatu hormon glikoprotein dengan berat molekul 34.000 yang dihasilkan oleh sel endotel kapiler peritubuler ginjal dan pembentukannya merupakan respon terhadap hipoksia jaringan. Pada orang normal sekitar 90% eritropoetin dibentuk di ginjal dan sisanya terutama dibentuk di sentrilobuler hepatosit hati.  Namun dibanding hati, ginjal lebih sensitif terhadap rangsangan hipoksia dalam pembentukan eritropoetin. Ikatan eritropoetin dengan reseptornya di sumsum tulang akan merangsang proliferasi dan maturasi stem sel untuk menghasilkan eritrosit matur yang baru. Respon eritropoetin sebanding dengan beratnya anemia dan tingginya proliferasi sel di sumsum tulang.
Selain itu diperlukan juga suplai zat besi yang adekuat. Zat besi ini berasal dari cadangan besi retikuloendotelial sistem (RES) dan zat besi dari pemecahan sel eritrosit. Dari eritrosit yang telah melampaui masa hidupnya dan hancur, hemoglobin akan dilepaskan dari sel, dicerna dan terjadi pelepasan besi bebas. Hanya sebagian kecil yang berasal dari makanan yang di konsumsi. Zat besi ini dibawa oleh transferin dan bila jumlahnya menurun (lebih rendah daripada zat besi serum normal), pembentukan hemoglobin dan respon proliferasi precursor eritroid terhadap eritropoetin terhalang. Selain itu, produksi eritropoetin, suplai zat besi, proliferasi precursor eritroid juga dipengaruhi produksi sitokin selama proses inflamasi (TNF-α, interleukin dan interferon).
Jumlah total zat besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram. Sekitar 65% dijumpai dalam bentuk hemoglobin, 4% dalam bentuk mioglobin dan 15-30% terutama disimpan dalam sistem RES dan parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin. Ketika besi diabsorbsi dari usus besar, besi tersebut dalam plasma darah membentuk transferin. Besi ini berikatan secara longgar dan dapat dilepaskan ke setiap sel jaringan pada setiap tempat di tubuh. Kelebihan besi dalam darah disimpan dalam seluruh tubuh tapi terutama di hepatosit hati dan sedikit di sel RES sumsum tulang. Dalam sitoplasma sel, besi terutama bergabung dengan apoferitin membentuk feritin. Berbagai jumlah besi dapat bergabung dalam bentuk kelompok radikal besi dengan molekul besar ini. Oleh karena itu feritin mungkin hanya mengandung sedikit zat besi atau bahkan banyak sekali. Besi yang disimpan sebagai feritin ini disebut besi cadangan. Di tempat penyimpanan, ada sedikit besi yang tersimpan dalam bentuk yang sama sekali tidak larut yang disebut hemosiderin. Hal ini terjadi bila jumlah total besi dalam tubuh melebihi yang dapat di tampung oleh tempat penyimpanan apoferitin.
Bila tubuh menjadi jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat cadangan besi sudah terikat besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal menjadi sangat menurun. Sebaliknya, bila tempat penyimpanan besi itu sampai kehabisan besi maka kecepatan absorbsinya menjadi sangat cepat, dapat sampai lima kali lipat atau lebih dibandingkan bila tempat penyimpanan besi dalam keadaan jenuh. Jadi jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan mengatur kecepatan absorbsinya.
Pada penyakit ginjal berat hampir selalu dijumpai kegagalan respon eritropoetin normal. Gambaran dari anemia pada penyakitl ginjal kronik berupa normositik, normokrom, Mean Corpuscular Volume (MCV) normal, retikulosit count yang rendah dan tidak di jumpai polikromasi pada pemeriksaan darah tepi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال