Gangguan Tidur: Insomnia dan Apnea Tidur (Sleep Apnea)

Gangguan tidur yang umum terjadi adalah insomnia. Insomnia adalah gangguan tidur dimana seseorang seseorang secara terus menerus mengalami gangguan tidur atau bangun terlalu cepat. Ini mungkin terjadi secara sporadic saja sebagai reaksi terhadap perasaaan yang meluap-luap atau gangguan emosional. Insomnia kadang-kadang juga berhubungan dengan kondisi-kondisi fisik, seperti keletihan yang hebat, perubahan perlengkapan-perlengkapan tidur, perubahan-perubahan makanan utama sehari-hari, dan juga pemakaian obat perangsang yang berlebihan. Kadang kala obat-obatan yang ditetapkan untuk penyakit lain dipakai oleh individu sehingga mengakibatkan tidak bisa tidur. Insomnia sering kali dilihat sebagai simpton orang dewasa, tetapi ditemukan juga pada anak-anak, dan apabila tetap berlangsung, maka harus dilihat sebagai gangguan yang berat, gangguan tidur yang kadang terjadi pada anak-anak boleh dianggap sebagai reaksi terhadap kesulitan dan tekanan hidup yang rutin.
Suatu gangguan tidur yang berat dan sulit ditangani adalah apnea tidur (sleep apnea), yakni pernapasan berhenti untuk sementara. Hal inilah yang menyebabkan orang tidur mendengkur dan merupakan salah satu penyebab sindrom kematian bayi yang terjadi secara tiba-tiba (sudden infant death syndrome/SIDS) atau “crib death”. Apnea tidur terjadi karena saluran pernapasan tersumbat atau otak berhenti mengirimkan sinyal-sinyal kepada diagfragma (rongga sekitar badan antara dada dan perut) yang menyebabkan pernapasan terhenti. Gangguan saluran pernapasan ini kadang-kadang berkaitan dengan obesitas, dengan demikian apnea tidur bisa disembuhkan dengan melakukan diet.
Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan insomnia adalah kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah, dan perasaan cemas atau stress sebagai antisipasi terhadap peristiwa-peristiwa yang akan datang. Insomnia dapat terjadi sebagai reaksi simpton yang sederhana atau mungkin berkaitan dengan kondisi-kodisi psikiatrik lain, seperti reaksi kecemasan (kecemasan neurosis), depresi dan mania. Dalam hal-hal seperti itu kekuatan insomnia akan berhubungan dengan gangguan emosi yang berat. Perkembangan simptomatik insomnia rupanya berhubungan dengan ciri-ciri khas kepribadian, dan tipe-tipe konflik. Coleman dalam meringkas serangkaian penyelidikan, menyatakan bahwa insomnia sering kali berkaitan dengan suara hati yang kaku, dan kecenderungan-kedenderungan kearah depresi dan hukuman terhadap diri sendiri. Ia mengidentifikasikan konflik antara keinginan dan larangan-larangan moral sebagai hal yang menyebabkan insomnia yang merupakan akibat dari perasaan bersalah dan takut akan dihukum.
Penanganan
Simpton insomnia dapat dikurangi dengan berbagai macam obat. Tetapi masalahnya ada dua: apabila penyebab yang mendasarinya tetap ada dan obat harus digunakan dalam jangka waktu lama, maka dosisnya harus ditambah; disamping itu menggunakan pil tidur akan menjadi kebiasaan dan minum obat menjadi kondisi yang diperlukan supaya dapat tidur. Dengan demikian akan terjadi ketergantungan psikologis dan fisik. Dari sudut pandang kesehatan mental, Penyebab psikodinamik yang mendasati insomnia harus diketahui dan penanganannya harus diarahkan untuk menghilangkan atau menguranginya. Seringkali usaha psikoterapis (tanpa diarahkan semata-mata pada simpton) sangat berguna untuk menghilangkan insomnia. Selain apa yang dikemukakan diatas, individu yang mengalami gangguan tersebut harus berusaha juga sebelum tidur pada malam hari berada pada keadaan santai dan jangan mengamati jam atau menantikan saat tidur dengan gelisah.
Apabila seseorang menemukan orang yang tidur mendengkur dengan keras, maka mungkin ia mengalami apnea tidur dan harus dianjurkan untuk mendapat pengobatan medis karena kalau dibiarkan dapat menyebabkan kerusakan jantung. Tetapi pemakaian obat-obatan harus berada dalam pengawasan dokter, karena obat-obatan tersebut sama seperti obat-obat depresan lainnya yang bisa menimbulkan bahaya karena menekan refleksi-refleksi normal yang berfungsi membangunkan orang tidur bila pernapasannya berhenti.
Bayi yang dinyatakan oleh dokter sebagai penderita yang berisiko mengalami SIDS dapat diawasi dengan menggunakan elektroda-elektroda yang dipasang pada dada bayi tersebut dan dihubungkan dengan alarm yang dipasang disamping tempat tidur bayi, dan alarm itu akan berbunyi jika pernapasan bayi melemah. Para ahli juga mengemukakan bahwa resiko SIDS dapat dikurangi dengan menempatkan bayi itu pada posisi telentang pada waktu tidur.

Referensi:
Samiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius
Carol Wide & Carol Tavris. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga

Ardi al-Maqassary

"Aku melihat, diujung sana, ada setitik cahaya yang terang benderang. Akan kuraih cahaya itu, dan membagikannya kepada seluruh manusia!!!"

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال